Saturday 26 December 2015

'Mendekati' panda

Pintu masuk Zoo Negara, Malaysia
Bagi saya yang tinggal di daerah kebanyakan (baca: Jakarta dsk) kalau ingin menikmati pemandangan alam yang asri dan asli biasanya selalu perlu usaha tersendiri, yang biasanya juga tidak mudah. Contohnya mau merasakan sensasi di atas awan cantik kita kudu nanjakin gunung di daerah Jawa sana mendaki sampai puncak atau minimal tinggi lah yang pastinya capek, lalu kalau mau ke pantai eksotis, misalkan di Raja Ampat atau bahkan Bali lah, ongkosnya ya pasti mahal. Jadi apa kabar kalau saya mau lihat panda yang unik, lucu dan langka itu! Saya kudu ke Cina?! Fiuh, tak hanya biaya yang pastinya besar, tenaga dan waktu pun mesti disiapkan lebih banyak. Sampai akhirnya saya tahu bahwa di Kuala Lumpur juga sudah ada binatang penyuka bambu itu. Yupp Panda is in KL bro! Setelah pikir-pikir dan memang jauh lebih murah dan tidak capek akhirnya saya sempatkan ke Negara Zoo ketika berkunjung ke KL.

Berjarak sekitar 5 km dari pusat kota Kuala Lumpur, saya memacu motor disiang itu dengan harapan tinggi bisa berjumpa The Giant Panda. Bagi yang tidak biasa dengan jalanan di KL mungkin akan kesulitan mencari bonbin ini. Plang besar Zoo Negara segera terlihat ketika kami mulai mendekati kawasan. Setelah meletakan kendaraan kami bergerak menuju loket, terlihat beberapa wisatawan lokal yang juga berkunjung. Memang di hari kerja ini kebun binatang tak ramai dikunjungi (kerja atuh yah). Di loket, siap-siap untuk warga asing akan dikenakan biaya yang lebih besar (hehe). Seperti halnya di Indonesia sebagian besar wisata di Malaysia pun seperti itu. Makanya pintar-pintar saja cari teman pribumi, kalau memang tak perlu tunjukkan ID card mungkin kita bisa dapat harga lokal (hehe), tapi sebetulnya tak apalah bayar lebih mahal sedikit kan jarang-jarang. Tiket untuk melihat Panda dijual terpisah, walau memang ada paket, tiketnya cukup mahal memang dan hanya bisa digunakan sekali masuk. Jadi kita ga bisa tuh mondar-mandir bolak-balik ke Panda. Harga paket Zoo & Panda sekitar RM 54 bagi penduduk dan RM 85 bagi warga asing (mahal yaah?!?!) tapi apakah sepadan dengan harganya? Lets see ya.

Mau kemana dulu? siapkan tenaga dan cemilannya hehe
Zoo Negara memiliki luas sekitar 44 hektar, bonbin yang didirikan tahun 1963 ini memiliki lebih dari 470 spesies baik mamalia, reptil dll. Seperti halnya kalau saya pergi ke kebun binatang lainnya, favorit saya pasti adalah hewan-hewan buas dan langka seperti harimau, macan, alpacca sampai si panda ini. Nah karena tidak sabar sambil menyusuri hewan lain saya segera menuju sisi belakang bonbin. Persis setelah saya melewati kandang si kera dan gorilla, kami bertemu dengan sebuah gedung atau kubah besar yang didepannya dijaga sekuriti yang siap memeriksa semua barang bawaan kita. Ini lah kandang si Panda. Sekuriti ini akan meminta kita untuk menitipkan tas, makanan, minuman dan yang berbau tajam agar tidak mengganggu panda di dalam. Wah, ketat dan steril sekali ya, saya jadi makin penasaran ingin cepat-cepat lihat pandanya.

Hawa sangat dingin dari penyejuk udara langsung terasa. Mungkin disesuaikan dengan iklim di habitat asalnya di pegunungan Cina ya. Dan saya langsung menemukan dua ekor panda yang lucu dan juga cantik. Akhirnya terwujud keinginan saya, im so happy! (hahaha). Siapapun yang melihat kedua panda jantan dan betina ini pasti suka dan betah karena mereka benar-benar lucu. Keduanya didatangkan langsung dari Cina sebagai simbol diplomatis dan perdamaian antara Cina dan Malaysia yang sudah berlangsung selama 40 tahun. Kedua panda ini pun ditemani langsung oleh penjaga mereka dari Cina.


"hurmm... jalan-jalan dulu ah pemanasan... tu wa..tu wa.."
Mau tahu nama keduanya? Si jantan bernama Xing-Xing (Fu Wa) dan betinanya bernama Liang-Liang (Feng Yi). Lucu sekali melihat tingkah mereka, ketika saya tiba si jantan (atau si betina? Sulit bedakan hehe) lagi asyik tidur-tiduran dengan posisi freeze yang sulit (keren dan lucu) dan panda lainnya asyik jalan-jalan. Dari info yang saya dapat disana, panda tidak berhibernasi karena tidak memiliki cukup lemak akibat dari diet bambunya (udeh diet bambu aja masih segitu gede haha).
Kita akan melihat kedua panda ini dari atas, jadi ketika masuk ke dome tersebut jalanannya akan sedikit menanjak melewati setapak yang sudah dbuat dan panda akan ada dibawah kita. Arealnya cukup luas jadi cukup nyaman. Yang pasti kita dilarang BERISIK!! Penjaga sudah siap untuk memperingatkan siapapun yang bersuara terlalu kuat, bukan peringatan dengan mulut (bahkan penjaga pun tak boleh bersuara bising) tapi dengan tulisan-tulisan yang sudah mereka pegang. Sekali kamu berisik, tulisan bertongkat panjang itu akan segera diarahkan petugas ke muka kita! SSSTT!! (makanya diem aje dan foto-foto haha).

"okeh... sepertinya mulai lelah"
"Mana..mana.. tempat yang nyaman itu!"
Ingat, hanya sekali masuk jadi saya benar-benar sampai puas disana. Duh, sekarang jadi kangen lah sama si Panda (hehe). Saya percaya Malaysia tidak mengeluarkan biaya yang sedikit untuk membawa panda jauh-jauh dari asalnya. Makanya, kalau tak mau lama menunggu panda yang kabarnya akan ada di Indonesia , lebih baik segera meluncur ke KL karena panda ini hanya akan ada 10 tahun di Malaysia sebelum dikembalikan lagi ke Cina, dan ada kabar gembira kalau anak mereka sekarang sudah lahir (waaah pastii lucuuu!!) dan dari yang saya baca bila memang ada anak panda yang lahir hanya boleh ada di Malaysia sekitar dua tahun saja mungkin supaya dapat perawatan lebih baik jika di negara asalnya. Makanya buruuaann!!!

"aahh ini dia... sejuuk!"
"now its time to take a nap"


Saturday 31 October 2015

‘Mumpung’ story (eps.4) : Pulau Putri – Kep. Seribu

Yeaayy. Cerita terbaru dari serial ‘mumpung’ story akhirnya datang lagi. Sebelumnya sudah ada tiga seri yang semuanya menerapkan prinsip yang sama, aji mumpung! Mumpung ada tugas kantor akhirnya jalan-jalan (hahaha). Destinasi yang kami tuju kali ini adalah Pulau Putri, yang ada di Kepulaun Seribu, DKI Jakarta. Nah bedanya, kali ini kantor saya sedang mengadakan acara kebersamaan (staff gathering) yang berarti salah satu tujuannya memang refreshing. Tapi, karena saya termasuk panitia akhirnya ya kerja juga. Tapi tak apa, pasti selalu ada sesi santai (maksa huhu).

Keren kaan speedboat kita hehe Welcome to Putri island!
Sebagian warga Jakarta pasti pernah ya wisata ke Kep.Seribu, betul kan? yang belum berarti mesti coba karena disana ada banyak pilihan pulau. Secara jarak, Kep.Seribu relatif dekat dengan Jakarta dibanding pulau favorit lain seperti Karimun Jawa atau Bali, dan nyatanya pemandangan di Kep.Seribu pun tak kalah indah. Nah, Pulau Putri ini adalah salah satu yang terjauh dari gugusan pulau di Kep. Seribu, butuh waktu 1,5 jam naik speedboat keren dari dermaga Marina Ancol. Bayangkan kalau harus naik perahu angkutan yang banyak dipakai warga pulau, bisa 2-3 kali lipat waktu tempuhnya. Dulu saya pernah ke Pulau Tidung yang cukup dekat, hampir tiga jam saya diatas perahu nelayan, tapi ternyata hanya satu jam kalau naik speedboat. Jadi pintar-pintar pilih angkutan ya terutama buat yang suka mabuk laut, tapi lihat harganya juga. Saya mah namanya juga aji mumpung (hihihi).

Pulau Putri teryata dikhususkan untuk penginapan/resort dan rekreasi. Jadi disini tidak ada pemukiman warga atau pusat pemerintahan jadi tidak sembarang pengunjung bisa datang hanya yang akan menginap saja. Yang saya tahu, hanya Pulau Putri dan Pulau Sepa yang memiliki resort. Tapi bukan berati di pulau lain tidak ada penginapan. Pulau Tidung contohnya, kita bisa menginap di rumah warga/guesthouse yang banyak tersedia disana. Oiya, dari 355 pulau yang ada di Kep.Seribu hanya 200-an yang sudah memiliki nama. Dan tidak semua berpenghuni. Lain di nama lain di lapangan ya, bukan seribu ternyata jumlahnya (hehe). Pulau-pulau favorit lain diantaranya adalah P.Pramuka, P.Bidadari, P.Pari, P.Macan, P.Harapan dan lainnya.

Sambutan dan salam perpisahannya selalu pakai lagu
Patung empat putri duyung akan menyambut kita ketika tiba di dermaga P.Putri diiringi welcome dance tarian Bali dan lantunan lagu-lagu dari grup musik. Ini bagian dari jamuan selamat datang bagi tamu P.Putri. Sekilas saat menginjak kaki di dermaga saya mengamati pulau ini ternyata tidak memiliki pantai yang luas, tapi semua kamarnya menghadap ke laut plus disini kita seperti di pulau pribadi karena hanya ada tamu pengunjung saja dan tidak ada yang lebih menyenangkan lagi dari pulau pribadi kan (hehe). Oia, pulaunya memang tidak terlalu besar, kamarnya sekitar 70-an dan tidak sampai setengah jam kita sudah bisa keliling pulau yang banyak ornamen Bali ini.
Tidak perlulah saya ceritakan bagaimana acara gathering­ kantor. Yang perlu dicatat memang kami semua merasa senang, lebih kenal dan semakin kompak bersama, tapi yang lebih penting ketika team building, tim sayalah juara pertamanya (hohoho).



Pemandangan dari kamar, kolam renang buat yang gak mau ke laut dan juga pantai 'pendek' di Pulau Putri :)

Jadi apa saja yang bisa kita lakukan di Pulau Putri? 
Layaknya sebuah resort pantai, fasilitas olahraga air disini bisa dikatakan cukup lengkap. Di hari kedua ketika memasuki acara bebas sebagian kawan langsung memulai kegiatan dengan snorkeling, yang lain mencoba banana boat, ada juga yang kayaking, tapi belum ada yang berani diving ternyata. Semua alat snorkeling, sepeda air sampai alat scuba diving tersedia disini dan bisa disewa dengan harga yang wajar saya fikir. Untuk bisa kayaking selama satu jam kita tak sampai mengeluarkan uang 50 ribu rupiah, murah kan! ditambah perairan yang sangat jernih dan arus yang tenang hampir tak berombak rasanya semua harga sewa disini cukup layak. Bahkan staff maskot kantor kami pun (Pak Santo hehe) sampai rela malas-malasan terapung diperairan dangkal leyeh-leyeh diatas baju pelampung ‘saking´ menikmati pemandangan yang mungkin tak pernah dia jumpai di manapun (#piss pak) tak pusing pasal muka hitam atau bahkan meriang karena masuk angin (hehe).
Kayaking di perarian yang dangkal, jernih dan indah bisa lihat ikan-ikan kecil dan karang dibawahnya
Sudah merasa semua olahraga air itu menarik? Tunggu sampai kita mengikuti trip jalan-jalan keliling pulaunya untuk melihat karang dan juga sunset indah (Duh kok kayak iklan ya, wah hrs dapet voucher inap grtais ni dari P.Putri hihihi). Ya, Pulau Putri memiliki rangkaian trip untuk melihat terumbu karang dengan glass bottom boat atau kapal yang tepiannya berdinding kaca. Kacanya bukan didasar atau di kaki kita ya tapi disamping tempat duduk  jadi sangat leluasa melihat dasar laut dan terumbu karang dari dekat. Tak perlu lah menyelam kedasar bagi yang takut atau yang malas (hehe). Atau pilihan lainnya kita bisa menikmati terowongan bawah laut (deep tunnel) yang ada di kiri dermaga, jadi kalau takut naik kapal tapi ingin tetap melihat ikan dan karang silahkan jalan-jalan di terowongan ini.
Banana Boat!! Saya masih saja belum pernah naik ini hahaha
Sorenya kami pergi dengan salah satu kapal untuk menikmati sunset atau biasanya disebut sunset cruise. Nah, untuk menikmati sunset terbaik kami perlu bergerak kelautan terbuka, sehingga matahari tenggelam tidak akan terhalang pulau-pulau lain.  Jadi kapal pun bergerak sekitar 45 menit menuju daerah terbuka tersebut. Mujur pulau ini memang ada di gugusan terluar Kep.Seribu jadi tak begitu jauh untuk mencapai spot daerah terbuka. Sepanjang perjalanan kami pun diceritakan pulau-pulau yang kami lewati, ada Pulau Bira, Pulau Macan dan lainnya. Juga cerita unik yang menyertainya, ada pulau yang akhirnya ditinggalkan penduduk, pulau yang penginapannya tak berpintu dan langsung menghadap laut (saya lihat sendiri di pulau kecil itu, mantep!) sampai pulau yang dimiliki suatu badan bahkan orang pribadi. Lucu rasanya mendengarkan pulau ini milik perusahaan ini, pengusaha itu, milik orang kaya ini. Hebat ya bisa sampai memiliki pulau. Konsepnya sebetulnya sama saja seperti memiliki sebidang tanah di daratan hanya saja karena di pulau kecil jadinya kayak punya satu pulau, tak apalah kalau masih orang Indonesia yang punya, kalau sudah orang asing seperti yang ada di pulau-pulau eksotis terluar Indonesia saya kok gak setuju, tak rela!
Sunset yang kami dapat belum maksimal sih tapi lumayan bisa keliling-keliling pulau
Nah, hati-hati ya yang suka snorkeling!?! 
Lalu apakah setiap pengunjung P.Putri akan mendapatkan semua rangkaian trip itu? Yak, bisa! Bahkan bisa lebih banyak kegiatan tergantung biaya (hehe). Saya sendiri sudah coba semua, yaaa secara teknis kegiatan air nya tidak semua sih, saya hanya snorkeling itu pun di akhir waktu karena saya awalnya tak rela harus menginjak karang jadi ingin perairan yang lebih dalam. Selain sakit ke kaki (beberapa kawan sampai berdarah hebat karena karang), terumbu karang adalah makhluk hidup yang bisa mati kalau ada tsunami, bom, bahkan injakan kaki yang serabutan begitu. Dan untuk hidup kembali butuh waktu tahunan jadi seharusnya dijaga baik-baik. Tapi ternyata bagus juga di pulau ini ada area snorkeling yang cukup dalam sehingga akhirnya saya ‘nyemplung’ jadi tidak perlu merusak karang walau bagi yang takut ke laut pasti akan menjadikan karang sebagai pijakan (oh nooo hehe). Tak heran banyak karang yang warnanya tak lagi cerah tapi pucat, sebagian karena tertutup karang yang mati yang berwarna putih. Semoga kesekian kalinya mereka snorkeling akhirnya bisa mengerti.

Setiap perjalanan wisata pasti ada masa untuk bersenang-senang, masa untuk kembali mengingat hal baik yang sudah kita lakukan dan bahkan belajar hal baik yang baru. Saya yang wisata sambil kerja saja bisa (mumpung) apalagi traveler yang niat jalan-jalan. Sudah kah melakukan hal baik disana? Minimal tidak merusak atau  turut menjaga apapun hal baik itu disana?


Lets be a good traveler

Thursday 24 September 2015

Tiga Jawara Kuliner Malang

Tak habis rasanya kalau cerita soal Malang, saya saja selalu mau kesana lagi kalau ada trip gratis (hehe). Tempat wisatanya, alam sekitarnya, sampai makanan murah meriahnya semuanya bisa membuat siapa saja betah di Malang atau setidaknya pasti datang lagi setelah kunjungan pertamanya. Sebut saja Gn. Bromo, Gn. Semeru, Pulau Sempu! Hadeuuh bagus-bagus itu! Tapi ya sudahlah ya saya pun belum sempat kesemua itu. So, Malang wait again for me ya!!

Saya ini bukan penggemar berat makan (prinsipnya makan untuk hidup bukan hidup untuk makan) makanya jarang menulis pasal kuliner atau makanan khas tapi entah kenapa perut ini terasa terus membesar bak penggila makanan (hahaha). Jadi supaya makin banyak yang “membesar” kaya saya ini, saya akan bagikan pengalaman jajan di Malang yang uenak tenan!! Wajib coba lho.

Si bakso legendaris

Buat yang tinggal di Malang pasti tahu warung bakso yang namanya sudah legendaris, ada di pinggir rel kereta, baksonya orang nomor satu di Indonesia, Yapp Bakso President!! Saya sengaja datang karena ingin tahu rasa dan suasana yang ada disini. Konon katanya memang lezat dan khas karena lokasi yang dari dulu belum pernah pindah, disamping rel kereta api, jadi bisa sambil menikmati pemandangan kereta lewat (duh apa gak malah ngeri ya?!). Oiya, nama President sendiri berasal dari nama sebuah bioskop yang dulunya ada di dekat warung ini. Namanya bakso Malang pasti berbeda dengan bakso dari daerah lain yang terkenal contohnya Solo maupun Bandung. Bakso Malang memiliki banyak ragam tidak hanya bakso bulat seperti bola pingpong... (ehehe #nyanyi) tapi juga ada siomay goreng, tim goreng, siomay basah dan tahu isi. Dan di Bakso President ini mereka semua nampak gede-gede euy, jadi waktu pesan salah satu paketnya benar-benar kenyang poll!!

Panas-panas ngebakso itu memang sueger tenan, minumnya es teh (yummy!!)
Harganya memang sedikit diatas harga rata-rata tapi rasanya enak lho. Sayang, saya tunggu si kereta tak kunjung lewat jadi belum lengkap pengalaman makan baksonya (hehe). Mencari alamat Bakso President cukup sulit bagi yang tidak biasa ke Malang, begitu pun dengan saya yang harus tanya sana-sini karena lokasinya yang tertutup bangunan dan dilalui jalan yang tidak terlalu besar. Tapi kalau sudah sampai dilokasi ternyata parkirannya nyaman dan aman kok, motor dan mobil bisa parkir.

Es Krim ala Belanda

Ini yang saya makan hehe (sedap!)
Malam setelah saya makan di Bakso President saya kembali menuju pusat kota tepatnya di Jl. Basuki Rahmat. Di dekat alun-alun kota berseberangan dengan Gereja Katedral berdiri sebuah restoran dengan gaya kolonial yang begitu apik. Toko Oen namanya, dari namanya saja kita tahu bahwa pemiliknya pasti keturunan Arab (hohoho) keturunan Tionghoa yaa. Adalah seorang keturunan Tionghoa bernama Oma Oen yang berhasil memperkenalkan es krim lezat buatannya sendiri. Saya pun tak ketinggalan mencicipi es krim tersebut. Rasanya memang tidak neko-neko, pas dilidah, tidak terlalu manis dan memang lezat. Ada banyak pilihan rasa disana. Kentalnya suasana kolonial terasa mulai dari bangunan, hiasan dan pajangan, kursi sampai perabot semuanya dipertahankan sejak Toko Oen dibuka tahun 1930. Lagi-lagi, harganya memang berbeda dengan es krim lainnya tapi suasana Toko Oen dan lezat hidangannya tentu tak bisa digantikan apapun (#aseekh). Selain es krim disini juga ada makanan baik rasa Indonesia seperti nasi goreng, gado-gado sampai European food seperti beef steak. Tapi tenang saja bayarnya tetap pakai rupiah kok (hehe)

Terlihat kan suasananya yang berbeda, seperti kembali ke masa kolonial dulu
Makan di museum

Sambutan awal restoran
Nama restoran ini adalah Inggil Resto Museum yang berada di Jl. Gajah Mada tak jauh dari Balai Kota Malang. Saya pun jalan kaki setelah meletakkan kendaraan di banyak parkiran di sekitar Tugu Malang. Dari namanya saja harusnya sudah bisa tahu ya bahwa restoran ini mengusung suasana jawa (istilah Inggil merupakan tatanan tertinggi dalam bahasa jawa). Lalu kenapa museum? Karena layaknya sebuah museum disini juga banyak dipajang benda artistik yang menarik seperti sepeda, piringan, perabot yang mengesankan masa lalu. Ya, jika di Toko Oen kita serasa dibawa kerumah orang Belanda di tahun 30-an, di Inggil Resto Museum suasana jawa tempo doeloe-lah yang lebih kental.

Malam itu saya memesan makanan favorit, ayam goreng dengan sambal lalapan ala kampung (haha doyan banget) dan juga hidangan lainnya. Harga makanannya tidak terlalu mahal, kan suasananya pun sangat berbeda. Ditambah ada sinden dan grup musik yang menemani dengan tembang jawanya, sesekali juga menyanyikan lagu masa kini. Yaah itung-itung bayar buat sewa tempat sama ditemani live gamelan gitu (hehe).


Suasana Jawanya kental sekali, yang lesehan, yang di kursi semua ada plus sinden pengiring di ujung restoran. Lengkap!!!
Jadi, dari ketiga tempat makanan itu sepertinya persamaannya adalah bahwa harganya diatas rata-rata semua ya (hahaha), yaa kapan lagi mumpung ke Malang mungkin tidak ada salahnya coba sesekali. Belum lagi disetiap tempat tersebut banyak hal/cerita uniknya. Mungkin itu yang tidak bisa kita dapatkan ditempat makan yang lain (baca: biasa dan murah). Nah kalau memang mau yang murah saya pernah juga makan di sekitaran UM (Univ. Muhammadiyah) Malang, wah kalau disini banyak yang enak dan juga memang murah. So, please choose :)


Sunday 9 August 2015

Jatim Park 2 Vs Trans Studio Bandung (coaster)

Sepertinya sudah lama sekali ya sejak terakhir saya membandingkan dua tempat wisata, atau bahkan sejak terakhir saya menulis blog (hehehe maklum cibuk). Lucunya lagi tempat wisata yang akan saya ulas ini juga sudah saya kunjungi berbulan-bulan lalu. Tapi tak apa, semangat menulis terus saya pupuk sampai akhirnya tiba juga waktunya saya mengulas Bandung dan Kota Batu, eits tapi bukan tentang daerahnya ya melainkan hanya theme park yang ada disana. Ada yang tahu?

Sambutan meriah Jatim Park 2
Sebagai pecinta taman bermain atau theme park saya selalu punya keinginan besar untuk bisa merasakan semua wahana yang ada di taman bermain di seluruh dunia (haha berlebihan!) okelah di Indonesia, ini jadi semacam bucket list saya. Nah, seperti sebelumnya ketika membandingkan Rita Park Tegal dan Jungleland Sentul-Bogor kali ini saya juga akan membandingkan dua pengalaman saya ketika bermain di Jatim Park 2 (JP2) kota Batu yang tak jauh dari Malang serta Trans Studio Bandung (TSB).


Museum Satwa disamping si patung gajah diatas :)
Oke, pertanyaan pertamanya adalah apa persamaan Jatim Park 2 dan Trans Studio Bandung? Banyak! Baik JP2 maupun TSB Keduanya sama-sama menawarkan tempat hiburan keluarga. Keduanya berada di kota yang notabene kota sejuk (Bandung masih boleh dibilang sejuk kan ya hehe). Juga punya jagoan sendiri untuk permainan ekstrem. Keduanya sama-sama punya rumah hantu (huhu). Mereka punya akses transportasi yang mudah, TSB persis ada di pinggir jalan raya besar yang dilalui angkot (Jl. Gatot Subroto) sedangkan JP2 juga ada di kawasan wisata utama kota Batu (jl. Oro Oro Ombo) yang juga memiliki akses angkutan umum jadi sangat strategis. Dan yang pasti keduanya memang sama-sama menyenangkan, jauh lebih menyenangkan dari Rita Park dan Jungleland tapi tidak lebih menyenangkan dari Dunia Fantasi di Jakarta. Masih juara lah Dufan ini apalagi sekarang dengan adanya wahana baru Ice Age, wah tambah seru loh! (#okeeeesalahfokus).


Sambuatn gemerlapnya Trans Studio Bandung
Berikutnya dimana letak perbedannya? Bila kita lihat lebih dekat, Trans Studi Bandung menawarkan konsep yang berbeda dari Jatim Park 2. TSB berada di dalam mal (indoor theme park) dan memang jadi satu-satunya taman bermain pertama di Indonesia yang ada di dalam ruangan (bersama dengan Trans Studio Makassar) jadi kebayang kan ademnya di dalam TSB, tak ada sengatan matahari dan tak ada peluh karena antri kepanasan dibawah terik (hehe) jadi buat yang tak suka panas-panasan mesti cocok disini. Tapi disisi lain TSB memiliki luas yang tak sebesar JP2. Luas TSB tak lebih dari 4,2 hektar, bandingkan dengan JP2 yang mencapai 14 hektar. Sangat luas ya JP2 ini. Walaupun Jatim Park 2 memiliki lahan yang lebih luas tapi tidak semua wilayahnya adalah taman bermain (theme park), sisanya dibagi kedalam beberapa area diantaranya Batu Secret Zoo (kebun binatang), Museum Satwa dan Hotel Pohon Inn. Selain areanya yang luas kesemua bagian dari Jatim Park 2 ini sangatlah bagus dan modern, benar-benar memiliki tema-tema yang khas.

Salah satu zona TSB - Lost City - dekorasinya suka lah :)
Okelah tak mau lama-lama membahas hal lain, saya hanya ingin mengenang kembali wahana apa sajakah yang ekstrem di kedua tempat ini? Adakah roller coaster favorit dikeduanya? Mana yang lebih ekstrem? Roller coaster rasanya selalu jadi icon sebuah taman bermain, siapa yang tidak tahu Halilintar di Dufan kan?! Nah di TSB dan JP2 pun masing-masing memiliki coaster yang ternyata sangat berbeda namun pengalaman menaikinya sangat menyenangkan. Trans Studio Bandung memiliki Yamaha Racing Coaster yang merupakan ‘santapan wajib’ pengunjung disana. Inilah juga tujuan utama saya kesana, tapi sayang siang itu ketika saya datang petugas mengatakan angin diluar tengah kencang jadi permainan ditangguhkan dulu, cukup kecewa bahkan khawatir saya tidak akan sempat naik coaster ini. Lalu kenapa ada masalah angin? Ternyata walaupun ini theme park indoor tapi sebagian besar track coaster berada di luar gedung dan dengan ketinggian seperti itu tak heran banyak angin kencang yang akan menerpa apalagi jika kondisi cuacanya buruk dan pastinya berbahaya.

Tutup !! huhu (Eh ada The Doctor)
Ini diaa.. wuussh sensasinya luar biasaahh :) (google.com)
Tak patah semangat, saya kembali mendatangi coaster ini sebelum pulang dan ternyata mereka sudah buka kembali! Beberapa orang bahkan sudah mengantri dan saya pun langsung bersemangat ambil bagian (yeay!!). Trans Studio Bandung mengklaim bahwa Yamaha Racing Coaster merupakan salah tiga dari jenisnya di dunia. Dua lainnya ada di Amerika. Jenis seperti apa? Anda akan dibawa meluncur dari kecepatan 0km/jam sampai 130 km/jam dalam beberapa detik saja untuk kemudian berputar-putar dan terakhir mendaki 90 derajat sampai ketinggian 50 m lalu mundur kembali dengan kecepatan yang sama. Semuanya tak lebih dari 40 detik. Dahsyat kan?! (haha) tapi menyenangkan, teman saya pun yang katanya takut kalau naik roller coaster ternyata bisa suka juga dengan permainan ini. Benar-benar membawa kita melesat cepat plus memacu adrenalin sesaat sebelum coaster jatuh dari ketinggian. Waah pengalaman yang bagi siapapun pencinta permainan ekstrem harus coba. Rugi tak jajal Yamaha Racing Coaster kalau berkunjung ke TSB.

Bagaimana dengan Jatim Park 2? Awalnya saya ragu tidak akan ada coaster yang cukup menyenangkan disini mengingat JP2 bukan untuk wisata theme park saja. Tapi ternyata setelah saya jalan-jalan melewati kawasan Batu Secret Zoo alias kebun binatang paling modern di Indonesia ini (hehe lebay ya, tapi bener loh! kueren banget lah ini bonbin) dengan track yang apik dan bersih kita akan memasuki kawasan taman bermain. Lalu saya teruskan jalan kaki melihat mana-mana saja permainan ekstrem disini. Sampai akhirnya setelah berjalan agak kebelakang sedikit di sebelah wahana Tsunami ada sebuah single coaster bernama Animal Coaster dengan track turun naik saja. Kenapa single? Karena memang hanya satu kereta yang maksimal bisa diisi dua orang, idealnya satu orang. Kenapa animal? Karena motifnya corak binatang semua. Tapi jangan lantas berfikir anak-anak langsung senang dan kita izinkan naik wahana ini karena dijamin mereka takut juga. Saya sendiri takut tapi juga tertawa geli sesudahnya.
Seerruu!! Durasinya pun lebih lama dari coaster manapun jadi puas hehe
Saya membujuk teman saya untuk mau naik satu kereta berdua karena teman saya pun takut juga (hehe). Saya takut karena saya belum pernah naik single coaster (di Indonesia pun jarang sekali) tapi sangat penasaran ditambah coaster ini tak setinggi Yamaha Racing Coaster ataupun Halilintar. Disini jauh lebih rendah. Akhirnya teman saya pun bersedia. Kami naik satu kereta berdua. Disana ada beberapa kereta yang dioperasikan dengan jeda waktu tertentu (jangan sampai tabrakan ni). Lalu kami pun naik menunggu giliran.

Track awal adalah menanjak. Saya merasa tidak aman sekali disini karena tidak ada safety equipment yang benar-benar menutup badan kita seperti di coaster lain, hanya tali di pinggang (tapi buat apa juga ya?! kan turun naik aja hehe). Setelah menanjak, kereta akan turun melaju mengikuti track yang melingkar sehingga membentuk belokan tajam yang membuat saya seperti mau terlempar keluar track (serius ini, takut banget!!) tapi ternyata keretanya kuat, lalu belok lagi terus menerus seperti membentuk angka 8 dan seperti biasa disetiap belokan tajam badan saya seperti akan terhempas tapi tak jadi (huhuhu). Kemudian track akan menemukan turunan tajam berkali-kali seperti bukit yang sukses membuat siapapun teriak geli dan takut karena walaupun tak seberapa tingginya tapi kecepatannya lumayan juga memberi efek ‘jantung copot’. Kami pun turun dengan tertawa tak henti-henti karena geli, takut dan puas.


Ini tanda kita sudah memasuki area taman bermain di JP2
Seru ya kedua coaster ini? Siapapun harus coba dan rasakan sensasi adrenalinnya. Saya senang banyak taman bermain di Indonesia yang memiliki wahana ekstrem (hahay). Kalau saya berkesempatan main kesana lagi pasti saya akan menyambangi Yamaha Racing Coaster dan Animal Coaster. Hanya satu yang tak akan saya kunjungi lagi yaitu wahana rumah hantu di Jatim Park 2, namanya Horor House (!?!!). 

Di Trans Studio Bandung pun saya sebetulnya (dipaksa) masuk rumah hantu tapi ya disana  normal saja seperti wahana rumah hantu lainnya. Kita akan duduk manis di kereta yang berjalan menelusuri tempat-tempat menyeramkan yang membuat durasinya jelas. Tapi di Jatim Park 2 ini lain cerita, kita diminta jalan kaki bawa senter per grup, ada jeda waktu masuk per grupnya jadi sepi sekali di dalam. Lalu mulailah kita masuk ke rumah gelap yang punya backsound menyeramkan dan ornamen hantu di kiri, kanan, atas, bahkan lantai. Semuanya mengagetkan dengan durasi tak tentu tergantung kita apakah memilih jalan, diam karena ketakutan atau bahkan berlari saja. Tapi saya sih jalan saja tanpa teriakan karena mulai dari masuk sampai keluar mata saya terpejam hanya modal pegang pundak kawan (hahay) jadi semua yang saya tulis tadi itu diceritakan kawan saja (hehe tak tahu sama sekali isi rumah itu). Salam ekstrem.


Sunday 26 July 2015

Sangiran, another world heritage

Di masa sekolah dulu pasti kita diajarkan mengenai teori evolusi yang digagas oleh Charles Darwin, betul kan?! Singkatnya teori ini menjelaskan bagaimana suatu makhluk (contoh tenarnya kera/monyet) kemudian berevolusi, berubah bentuk menjadi manusia (baik karena kebetulan maupun seleksi alam) sehingga tercipta bentuk seperti sekarang ini.

Nah, buat siapapun yang tertarik mengenai informasi-informasi tersebut pasti akan senang jika berkunjung ke Sangiran, sebuah daerah di utara kota Solo yang merupakan situs arkeologi manusia purba terlengkap di Asia. Beberapa bulan lalu saya pun berkesempatan mengunjungi daerah yang terletak di kaki Gunung Lawu ini. Jaraknya sekitar 30 menit berkendara dari Solo. Wilayah Sangiran luasnya mencapai 56 km2, tentulah akan sangat memakan waktu jika kita ingin benar-benar menjelajahi mana-mana saja daerah penggaliannya. Nah, untuk bisa mengetahui semua informasi tentang Sangiran tapi juga menghemat waktu, datang saja ke museumnya yang sudah sangat lengkap. Museum Manusia Purba Sangiran namanya.
Gerbang masuk museum (difoto pas pulang haha)

Di museum ini ada sekitar 13 ribu fosil purba yang terlengkap di Asia. Selain nampak baru dan megah, museum Sangiran memang memberikan banyak kontribusi untuk dunia arkeologi, geologi, palenthologi sampai biologi. Karena itu hingga saat ini banyak penelitian yang masih dilakukan di wilayah Sangiran dan bernilai tinggi bagi ilmu pengetahuan. Pada tahun 1996 situs ini dimasukkan kedalam daftar warisan budaya UNESCO (world heritage list). Yuhuu, akhirnya tambah lagi daftar warisan dunia yang saya kunjungi (hehe).

Siang itu, sesampainya di kawasan museum saya disambut oleh gerbang yang menyerupai gading gajah (atau itu tanduk ya hehe) yang sangat besar. Memasuki latar parkir, terlihat ramai bus-bus pariwisata dari berbagai daerah. Anak-anak sekolah rapih berbaris bersiap memasuki kawasan. Sekilas saya pandangi kawasan ini memang besar dengan bangunan yang modern. Sempat susah juga cari parkir karena banyaknya bus dengan lahan parkir yang tidak begitu luas. Oia, menuju Sangiran tidak ada angkutan. Jadi bawalah kendaraan sendiri ataupun sewa mobil/motor.

Adik-adik pencinta museum :)
Tiket masuk museum ini terbilang murah. Dengan banyaknya ruang pameran serta audio visual yang bisa dinikmati, tiket yang tak sampai 10 ribu pun benar-benar bisa membuat siapapun mau datang. Ini benar-benar harga yang menyenangkan (hehe). Rasanya saya mau saja ikut jadi bagian rombongan tur anak sekolah tadi, supaya bisa curi dengar penjelasan sang pemandu, tapi niat pun tak cukup, melihat ramai dan bisingnya mereka akhirnya saya berjalan sendiri saja (hadeeuhh).

Penjelasan mengenai apa-apa saja zaman yang ada sebelum masa sekarang ini (zaman Jurasik atau Triasik) lalu tokoh-tokoh evolusionis, hewan-hewan purba yang ada di Sangiran sampai bagaimana pulau Jawa terbentuk dijelaskan di dalam ruang-ruang apik dan menarik. Patung-patung yang menunjukkan bagaimana rupa manusia purba yang dibuat oleh arkeolog terkenal pun terpajang dengan sangat baik, tak lupa fosil asli dari manusia jawa atau pithecantropus erectus. Jadi, bagi sesiapa saja yang senang atau tepatnya cukup percaya dengan manusia purba ini mungkin akan tertarik berkunjung ke Museum Sangiran.



Interior museum yang megah dan modern, siap-siap turun naik (hehe)
Terlepas dari itu semua, terlepas dari pandangan saya pribadi yang tidak percaya bahwa nenek moyang saya adalah kera/monyet (hehe) saya cukup suka mengunjungi museum ini. Tata bangunan yang apik dan megah terasa nyaman dan menyenangkan, semoga Museum Sangiran selalu bisa memberikan informasi dan memajukan dunia arkeologi Indonesia yang seakurat mungkin. Ayo kunjungi museum.

Wednesday 15 April 2015

Pulau Samosir : Dari pantai sampai danau di atas danau (Sumut Trip)

Hotspring di Pangururan
Malam di Pulau Samosir itu jauh lebih dingin. Dengan ketinggian pulau sekitar 1000 m dpl terbayang kan bagaimana dinginnya ketika hari beranjak gelap. Dan itulah juga kenapa penginapan kami tak butuh alat pendingin ruangan, mungkin memang begitu disebagian besar hotel disana. Malam pertama kami lewati dengan tidur yang sangat nyenyak karena di Pulau Samosir tak banyak juga atraksi wisata malam hari seperti halnya di kota Medan.

Hari kedua adalah harinya keliling pulau. Maunya sih bisa betul-betul keliling pulau dari titik awal sampai ketitik awal lagi tapi dari informasi ibu penyewa motor (Duh siapa ya namanya huhu) butuh 2 hari penuh untuk bisa mengeliling Pulau Samosir (besar kan pulau ini) dan jalanan di bagian selatan pulau agak ‘seram’ entah karena sepi atau jalanan rusak. Akhirnya kami putuskan hanya menjelajah ke utara sampai kawasan Pangururan lalu kembali ke Tuk-tuk. Itu artinya kami akan keliling setengah Samosir, lumayanlah (hehe).


Penginapan kami pun punya private pool kaan :)
Setelah sarapan pagi nyatanya saya malah nongkrong dulu di tepi hotel yang langsung menghadap ke danau (hehe). Ada gazebo dan kursi santai ala pantai disana. Seru! Maunya sih langsung nyemplung berenang tapi malu juga karena ada banyak feri lewat dan juga mas-mas yang menawarkan jasa bermain jet ski. Jadinya cuma nyemplungin kaki sama ciprat-ciprat aja (haha). Seperti yang saya ceritakan sebelumnya hampir setiap hotel di Samosir punya kolam renang alam yang sangat luas. Ya! Danau Toba lah kolam renangnya (hahay). Tak heran setiap hotel punya tangga dipinggir danau untuk siapapun turun lalu berenang merasakan air segar danaunya. Saya sendiri pun selalu ingin merasakan langsung air danaunya (tapi malu haha).


Lihat ada air terjun #menujuTomok
Tak berapa lama kami pun beranjak dari hotel untuk mengunjungi Tomok terlebih dahulu yang ada di selatan Tuk-Tuk dengan perjalanan tak lebih dari 20 menit saja. Disana cukup banyak tempat wisata. Beberapa tempat yang sempat kami kunjungi adalah Museum Batak, Makam Raja serta Sigale-gale. Kesemuanya memang wisata sejarah dan budaya yang menarik mengingat sekitar Danau Toba atau Samosir ini merupakan tempat lahirnya salah satu suku Batak yang banyak dikenal yaitu Batak Toba bahkan mitosnya daerah ini juga merupakan salah satu cikal bakal lahirnya suku Batak, suku yang banyak mendiami wilayah Sumut.

Nah dari yang saya baca, bahkan teman saya sendiri pun mengakuinya, sekarang ini nyatanya beberapa etnis di Sumut ada yang tidak mengindentikan dirinya sebagai suku Batak. Yah, pokoknya yang penting rukun aja (hehe saya yang nulis gak mau pusing). Di kesemua tempat wisata itu kita dapat melihat patung-patung khas peninggalan suku Batak yang unik, kain ulos hasil tenun sampai cinderamata serta makam raja Sidabutar. Di lorong yang menghubungkan tempat wisata ini pun banyak dijual oleh-oleh khas Sumut (saya beli barong Toba plus keychain haha). Oh iya, semua tempat itu rasanya tidak menarik biaya alias gratis (atau saya yang dateng kepagian ya) kecuali jika ingin melihat pertunjukan sigale-gale yang langka itu, pun hanya di jam tertentu saja atau malah hanya berdasarkan permintaan.

Bersampingan dengan rumah warga, eh ada anak kecil nyanyi..
bagus bener suaranya huhu (emang dah juara suku ini kalo soal nyanyi mah haha)
Itu dia Sigale-gale, di ujung sana juga ada Tungtung berupa kayu ukiran tinggi sekali
untuk sinyal, kode, penanda jika ada peristiwa dalam masyarakat (kentongan kali maksudnya ya hehe)
Ini adalah Solu Bolon (perahu kerajaan) yang ada di
Museum Hutabolon, begitu panjang dan besar lho!
Beralih dari Tomok kami mulai menapaki rute keliling setengah Samosir, tujuan berikutnya adalah desa Simanindo dimana terdapat museum Hutabolon. Jaraknya cukup jauh dari Tomok, hampir satu jam kami berkendara. Huta artinya kampung tradisional orang Batak yang didalamnya terdapat rumah raja (Bolon). Di museum ini terdapat rumah adat beserta peninggalan leluhur Batak Toba, lalu juga ada ulos beserta alat penenunnya, rangka perahu atau kapal yang besar serta pertunjukan tari sigale-gale dengan biaya tambahan.

Kembali lagi saya dihadapkan dengan tarian ini yang membuat saya akhirnya penasaran (tapi gak nonton juga karena mahal hahay). Kebudayaan Batak Toba memang selalu menarik dan bahkan sedikit mistis. Semua tarian, pakaian, detil setiap adatnya punya makna tersendiri, hurmm begitu kaya dan sampai terkenal di dunia internasional! Salah satu contohnya sigale-gale. Singkatnya ini adalah sebuah patung yang dibuat mirip manusia, tingginya, bentukan tangan sampai kakinya. Patung kayu ini juga akan diberikan pakaian untuk kemudian akan menari diiringi musik (gondang) tentunya dibantu oleh beberapa dalang yang membuat si boneka kayu ini bergerak-gerak sesuai irama. Dikisahkan pematung yang membuat sigale-gale ini harus merelakan jiwanya agar patung terlihat hidup. Mungkin ini juga yang membuat patung sigale-gale ini sangat langka, hanya ada beberapa dan itu pun di Samosir saja sisanya di Jakarta dan luar negeri (ngeri juga huhu).

Gimana? kayak dipantai kan ya... cobalah juga berenang :)
Okelah, selanjutnya kami kembali mengarah ke utara. Kali ini menuju Pantai Pasir Putih Parbaba yang ada di kecamatan Pangururan. Pantai di danau? Yupp (hehe). Saya pun heran pertama mendengarnya, setelah melihat langsung ternyata baru mengerti. Ini merupakan salah satu pinggiran Danau Toba yang memiliki dataran ala pantai yang cukup luas kemudian diberi pasir pantai serta beberapa fasilitas wisata pinggir laut mulai dari tenda dan tikar untuk bersantai, warung-warung jajanan sampai sewa sepeda air.

Nah, saya langsung semangat mau coba pas lihat sepeda air ini. Biayanya tak mahal hanya 40ribuan. Rasanya kalau melihat orang lain mengemudikannya cukup mudah, sampai ketika saya rasakan sendiri ternyata sulit (huhu). Tak jelas arah sampai tak bisa kembali ke tepi, belum lagi ada anak-anak kecil gelendotan riang di belakang sepeda. Mereka muncul dari dalam air bergerak lincah ketawa-ketiwi sampai kesamping sepeda yang membuat ayuhan kaki terasa semakin berat. Lalu si bebek raksasa ini pun semakin ke tengah danau (Huaah kan gak lucu terdampar di tengah Danau Toba) sampai akhirnya ide kami muncul, si adik-adik kecil ini akhirnya saya karyakan (rayu tepatnya hehe) untuk membantu mengerahkan sepeda ke tepi dengan imbalan. Mereka sebetulnya baik malah senang diberi perintah begitu, kami pun mulai bergerak ke arah yang benar plus saya juga sempat ikut nyemplung (kesampean juga kan renang di Danau Toba hihi untung cetek masih pinggiran) bantu dorong sepeda bersama adik-adik ini. Selang puluhan menit berjuang akhirnya kami sampai di pasir tepi danau tapi apesnya celana saya basah semua (hihi terima kasih Dik, selamat menikmati kue hadiahnya).
Tetangga ni saat bermain sepeda air, heran mereka ini anteng banget!
Sepedanya pun normal aja.. gak kemana-mana huhuhu
Destinasi terakhir adalah wilayah Pangururan, yang merupakan ibukota Kabupaten Samosir. Namanya ibukota memasuki daerah ini memang lebih pikuk dan ramai seperti halnya masuk ke kota. Pusat niaga seperti pasar serta pemukiman pun banyak kami jumpai dan ternyata di wilayah ini juga ada jalan penghubung dengan dataran Pulau Sumatera artinya tidak perlu naik ferry untuk ke wilayah dataran Sumatera. Tujuan pertama kami adalah pemandian Aek Rangat. Ini adalah pemandian air panas, tentunya kami tidak mandi (hehe) cuma mau mengamati seperti apa daerahnya. Di perjalanan (cerita klasik ini mah) ban motor kami kempes (gak dimana ya, tetep) untuk kemudian akan selalu ada cerita cari tukang tambal ban jauuuuh (fiuuhh).


Welcome to Pangururan, indahnyaaaa!!!
Betah kan ya memandangi pemadangan macam ini!
Terakhir kami mengunjungi Danau Sidihoni. Ini adalah danau diatas danau. Begitu menarik kan wisata Samosir ini? setelah ada pantai di danau kali ini ada danau atas danau (hehe). Danau ini indah, perjalanan menuju kesana pun tak kalah indah. Dengan rute berkelok naik bukit, kita dapat melihat pemandangan Pangururan bahkan Danau Toba  dari ketinggian. Juga akan banyak kita temukan dinding bukit kecoklatan yang merupakan endapan danau. Eksotis dan indahlah perjalanan kesini. Dan ketika kita sampai di Danau Sidihoni, semua itu akan tambah menyenangkan. Danau jernih yang dikelilingi dataran luas berumput hijau itu seperti sebuah tempat tersembunyi yang tak banyak campur tangan manusia, yang saya temukan hanya beberapa hewan yang asyik merumput sambil sesekali menikmati segarnya air danau. Saya pun puas dengan duduk santai di tepi danau sampai akhirnya waktu juga yang memaksa saya harus pulang, berkendara beberapa jam lagi dan mujur saya sampai di Tuk-tuk tepat ketika hari beranjak gelap dan dingin.

Pemandangan Danau Toba dari bukit menuju D.Sidihoni,
sesaat sebelum kembali ke Tuk-tuk untuk kemudian menuju Brastagi dan Medan

Tuesday 31 March 2015

Danau Toba : Cantiknya si danau purba (Sumut Trip)

KNIA, lantai duanya untuk check in, megah ya!
Yeayy!! Saya kembali lagi ke Medan, kali ini bukan karena tugas kantor (baca Mumpung story (eps.1): Medan) seperti beberapa tahun sebelumnya tapi sengaja untuk berlibur. Hehe.

Bandara Kuala Namu di Deli Serdang menyambut saya dengan keindahannya. Lebih megah dan modern bila dibandingkan dengan Polonia. Walaupun jarak Kuala Namu lebih jauh dari pusat kota Medan tapi bandara ini benar-benar merepresentasikan Sumatera Utara (Sumut)  khususnya Medan sebagai salah satu kota yang katanya tersibuk, teramai dan terbesar di Indonesia. Bandaranya luas dengan fasilitas lengkap plus saya jadi gak deg-degan lagi kalo pesawat landing.

Pilihan kami menuju Parapat
Dua kali saya berkunjung ternyata Medan tetap asri dan cantik tapi juga tetap sangat ramai. Salipan kendaraan, bunyi klakson yang menderu-deru, antrian kendaraan di jam-jam sibuk, aduh tak jauh berbedalah dengan Jakarta. Itulah kenapa saya tak mau buru-buru mengunjungi pusat kota tapi bergerak jauh menuju Parapat dulu, kota singgah untuk mengunjungi Pulau Samosir.

Saya selalu ingin melihat Danau Toba secara langsung. Dan setelah saya berada di Parapat aduhai memang bagus sekali danau ini. Cantik pemandangannya, air jernih yang luas dipagari bukit hijau sekililingnya. Sekali lihat danau biasanya kecil saja, nampak sudah ujungnya dimana. Tapi di Danau Toba saya tak bisa melihat ujungnya, hanya bukit hijau samar-samar dikejauhan yang saya yakini sebagai ujung danau ini saking luasnya. Nah, katanya kalau ingin menikmati danau paling bagus adalah dari pulau Samosir yang berada di tengah-tengah danau (kebayang kan gedenya sampai ada pulau di tengah?!). Mobil travel yang kami tumpangi dari Kuala Namu pun dengan sigap mengantarkan kami menuju Tiga Raja, salah satu pelabuhan untuk menyebrang ke Samosir.

Kami memang merencanakan naik pesawat pagi ke Medan supaya sampai di Parapat siang dan bisa menikmati Danau Toba dari atas feri. Tak terbayanglah kalau harus menempuh 4 jam Medan ke Parapat sore hari plus harus nyebrang juga hampir satu jam ke Samosir, pasti tidak menyenangkan. Tapi disinilah kami sekarang, jam dua siang sudah di pelabuhan Tiga Raja (yeay hehe). Berdekatan dengan pasar yang ternyata sedang masa pekan (katanya setiap Kamis atau Sabtu gitu), pelabuhan ini ramai betul. Banyak orang berbelanja dan berniaga. Kami lalu memilih feri ke Tuk-tuk, salah satu spot dimana banyak wisatawan menginap. Pilihan lain adalah ke Tomok yang dekat dengan tempat wisata.
Narsis dulu hehe, mau pilih ke mana? Tomok (kiri) atau ke Tuk-tuk (kanan) 
Masih berlabuh tunggu jam berangkat, saya tak sabar!
Setelah menunggu lama akhirnya kami bergerak menuju Samosir, ke Tuk-tuk tepatnya. Aduh betul-betul indah danau ini. Siapapun yang belum pernah ke danau ini wajib datang dan rasakan kesegaran serta jernihnya air dan indahnya bukit hijau. Danau Toba terbentuk saat ledakan 70 ribu tahun lalu dari gunung supervolcano yang membentuk kaldera seluas 1.130 km2 yang kemudian terisi air. Di dalam kaldera ini terdapat sebuah pulau hasil tekanan magma yang belum keluar dan selanjutnya dikenal sebagai Pulau Samosir. Pasti mengerikan ledakan saat itu sampai menghilangkan nyawa hampir 60% penduduk bumi seperti yang dikemukakan para ahli. Tapi sekarang danau ini jadi cantik, dijamin mata dan otak kita akan sangat santai ketika melihatnya. Dan niat saya pokoknya harus merasakan air secara langsung mau cuma nyentuh atau nyemplung (haha). Lalu mengunjungi semua wisatanya dari mulai wisata budaya sampai yang unik (pantai dan 'danau atas danau ?!?).
Itu Pulau Samosir yang ada bukitnya & dibaliknya masih Danau Toba juga
Begitu besarnya danau ini, benar-benar tempat wisata favorit.
Di samosir kita tidak diantar ke pelabuhan atau semacamnya tapi feri akan mengantarkan kita tepat di hotel atau penginapan karena setiap dari mereka punya anjungan atau tempat untuk penumpang turun dan naik ke feri (keren ya). Tapi saat itu karena kami tidak tahu hotel kami dimana jadi kami masih harus berjalan kaki. Di perjalanan kami menemukan penyewaan motor, pemiliknya ibu-ibu lucu yang sangat baik jadi tanpa pikir panjang kami putuskan menyewa disana supaya lebih mudah mencari penginapan Samosir Cottage itu. Harga sewa motor? Hurrm termasuk mahal sih dari pengalaman saya selama ini. Tapi dengan alasan ini di pulau dan mungkin juga sulit menemukan sewa motor maka kami setuju, pun si ibu dengan logat khas sumateranya ini sangat baik dan membantu. Jalanan di Pulau Samosir tidak sulit kalau melihat di peta si ibu motor, yang utama adalah jalan melingkar di sekeliling pulau.

Batu Kursi Raja Siallagan adalah wisata pertama kami di hari pertama
Jalanannya sebagian besar sudah beraspal bagus, banyak mobil lau lalang juga jadi jangan mem-bayangkan pulau ini terpencil atau lainnya. Walau beberapa aspal rusak dan konturnya turun naik tapi jalanan cukup lebar. Jangan lah ragu bertanya kepada siapapun disana seperti yang selalu kami lakukan. Untuk sampai ke Samosir Cottage pun kami selalau bertanya karena di Tuk-tuk juga banyak jalanan kecil yang membuat kami tersesat atau lupa arah (haha). Setelah putar-putar akhirnya kami tiba di hotel dan ternyata hotel kami dipinggir danau juga (tau gitu mah).

Sebetulnya ada banyak pilihan penginapan di Samosir dengan beragam harga dan pemandangan yang sama-sama indah, Danau Toba! Di Samosir Cottage salah satunya. Walaupun saat itu ada pembangunan di salah satu bagian gedungnya tapi tidak terlalu mengganggu dan pemandangan Danau Toba dari jendela hotel tetap bisa kami nikmati dengan puas. Hotel-hotel di Danau Toba memang memberikan nilai plus mulai dari pemandangan indah dari salah satu jendela kamar kita atau teras cantik dan gazebo yang menghadap langsung ke danau sampai kolam renang alam yang sangat luas. Jadi pilihlah penginapanmu sekarang (kayak iklan hihi).
Eits, sebelumnya cek dulu jadwal feri dari dan ke Tiga Raja
Selanjutnya Pulau Samosir : Dari pantai sampai danau di atas danau (Sumut Trip)