Wednesday, 15 April 2015

Pulau Samosir : Dari pantai sampai danau di atas danau (Sumut Trip)

Hotspring di Pangururan
Malam di Pulau Samosir itu jauh lebih dingin. Dengan ketinggian pulau sekitar 1000 m dpl terbayang kan bagaimana dinginnya ketika hari beranjak gelap. Dan itulah juga kenapa penginapan kami tak butuh alat pendingin ruangan, mungkin memang begitu disebagian besar hotel disana. Malam pertama kami lewati dengan tidur yang sangat nyenyak karena di Pulau Samosir tak banyak juga atraksi wisata malam hari seperti halnya di kota Medan.

Hari kedua adalah harinya keliling pulau. Maunya sih bisa betul-betul keliling pulau dari titik awal sampai ketitik awal lagi tapi dari informasi ibu penyewa motor (Duh siapa ya namanya huhu) butuh 2 hari penuh untuk bisa mengeliling Pulau Samosir (besar kan pulau ini) dan jalanan di bagian selatan pulau agak ‘seram’ entah karena sepi atau jalanan rusak. Akhirnya kami putuskan hanya menjelajah ke utara sampai kawasan Pangururan lalu kembali ke Tuk-tuk. Itu artinya kami akan keliling setengah Samosir, lumayanlah (hehe).


Penginapan kami pun punya private pool kaan :)
Setelah sarapan pagi nyatanya saya malah nongkrong dulu di tepi hotel yang langsung menghadap ke danau (hehe). Ada gazebo dan kursi santai ala pantai disana. Seru! Maunya sih langsung nyemplung berenang tapi malu juga karena ada banyak feri lewat dan juga mas-mas yang menawarkan jasa bermain jet ski. Jadinya cuma nyemplungin kaki sama ciprat-ciprat aja (haha). Seperti yang saya ceritakan sebelumnya hampir setiap hotel di Samosir punya kolam renang alam yang sangat luas. Ya! Danau Toba lah kolam renangnya (hahay). Tak heran setiap hotel punya tangga dipinggir danau untuk siapapun turun lalu berenang merasakan air segar danaunya. Saya sendiri pun selalu ingin merasakan langsung air danaunya (tapi malu haha).


Lihat ada air terjun #menujuTomok
Tak berapa lama kami pun beranjak dari hotel untuk mengunjungi Tomok terlebih dahulu yang ada di selatan Tuk-Tuk dengan perjalanan tak lebih dari 20 menit saja. Disana cukup banyak tempat wisata. Beberapa tempat yang sempat kami kunjungi adalah Museum Batak, Makam Raja serta Sigale-gale. Kesemuanya memang wisata sejarah dan budaya yang menarik mengingat sekitar Danau Toba atau Samosir ini merupakan tempat lahirnya salah satu suku Batak yang banyak dikenal yaitu Batak Toba bahkan mitosnya daerah ini juga merupakan salah satu cikal bakal lahirnya suku Batak, suku yang banyak mendiami wilayah Sumut.

Nah dari yang saya baca, bahkan teman saya sendiri pun mengakuinya, sekarang ini nyatanya beberapa etnis di Sumut ada yang tidak mengindentikan dirinya sebagai suku Batak. Yah, pokoknya yang penting rukun aja (hehe saya yang nulis gak mau pusing). Di kesemua tempat wisata itu kita dapat melihat patung-patung khas peninggalan suku Batak yang unik, kain ulos hasil tenun sampai cinderamata serta makam raja Sidabutar. Di lorong yang menghubungkan tempat wisata ini pun banyak dijual oleh-oleh khas Sumut (saya beli barong Toba plus keychain haha). Oh iya, semua tempat itu rasanya tidak menarik biaya alias gratis (atau saya yang dateng kepagian ya) kecuali jika ingin melihat pertunjukan sigale-gale yang langka itu, pun hanya di jam tertentu saja atau malah hanya berdasarkan permintaan.

Bersampingan dengan rumah warga, eh ada anak kecil nyanyi..
bagus bener suaranya huhu (emang dah juara suku ini kalo soal nyanyi mah haha)
Itu dia Sigale-gale, di ujung sana juga ada Tungtung berupa kayu ukiran tinggi sekali
untuk sinyal, kode, penanda jika ada peristiwa dalam masyarakat (kentongan kali maksudnya ya hehe)
Ini adalah Solu Bolon (perahu kerajaan) yang ada di
Museum Hutabolon, begitu panjang dan besar lho!
Beralih dari Tomok kami mulai menapaki rute keliling setengah Samosir, tujuan berikutnya adalah desa Simanindo dimana terdapat museum Hutabolon. Jaraknya cukup jauh dari Tomok, hampir satu jam kami berkendara. Huta artinya kampung tradisional orang Batak yang didalamnya terdapat rumah raja (Bolon). Di museum ini terdapat rumah adat beserta peninggalan leluhur Batak Toba, lalu juga ada ulos beserta alat penenunnya, rangka perahu atau kapal yang besar serta pertunjukan tari sigale-gale dengan biaya tambahan.

Kembali lagi saya dihadapkan dengan tarian ini yang membuat saya akhirnya penasaran (tapi gak nonton juga karena mahal hahay). Kebudayaan Batak Toba memang selalu menarik dan bahkan sedikit mistis. Semua tarian, pakaian, detil setiap adatnya punya makna tersendiri, hurmm begitu kaya dan sampai terkenal di dunia internasional! Salah satu contohnya sigale-gale. Singkatnya ini adalah sebuah patung yang dibuat mirip manusia, tingginya, bentukan tangan sampai kakinya. Patung kayu ini juga akan diberikan pakaian untuk kemudian akan menari diiringi musik (gondang) tentunya dibantu oleh beberapa dalang yang membuat si boneka kayu ini bergerak-gerak sesuai irama. Dikisahkan pematung yang membuat sigale-gale ini harus merelakan jiwanya agar patung terlihat hidup. Mungkin ini juga yang membuat patung sigale-gale ini sangat langka, hanya ada beberapa dan itu pun di Samosir saja sisanya di Jakarta dan luar negeri (ngeri juga huhu).

Gimana? kayak dipantai kan ya... cobalah juga berenang :)
Okelah, selanjutnya kami kembali mengarah ke utara. Kali ini menuju Pantai Pasir Putih Parbaba yang ada di kecamatan Pangururan. Pantai di danau? Yupp (hehe). Saya pun heran pertama mendengarnya, setelah melihat langsung ternyata baru mengerti. Ini merupakan salah satu pinggiran Danau Toba yang memiliki dataran ala pantai yang cukup luas kemudian diberi pasir pantai serta beberapa fasilitas wisata pinggir laut mulai dari tenda dan tikar untuk bersantai, warung-warung jajanan sampai sewa sepeda air.

Nah, saya langsung semangat mau coba pas lihat sepeda air ini. Biayanya tak mahal hanya 40ribuan. Rasanya kalau melihat orang lain mengemudikannya cukup mudah, sampai ketika saya rasakan sendiri ternyata sulit (huhu). Tak jelas arah sampai tak bisa kembali ke tepi, belum lagi ada anak-anak kecil gelendotan riang di belakang sepeda. Mereka muncul dari dalam air bergerak lincah ketawa-ketiwi sampai kesamping sepeda yang membuat ayuhan kaki terasa semakin berat. Lalu si bebek raksasa ini pun semakin ke tengah danau (Huaah kan gak lucu terdampar di tengah Danau Toba) sampai akhirnya ide kami muncul, si adik-adik kecil ini akhirnya saya karyakan (rayu tepatnya hehe) untuk membantu mengerahkan sepeda ke tepi dengan imbalan. Mereka sebetulnya baik malah senang diberi perintah begitu, kami pun mulai bergerak ke arah yang benar plus saya juga sempat ikut nyemplung (kesampean juga kan renang di Danau Toba hihi untung cetek masih pinggiran) bantu dorong sepeda bersama adik-adik ini. Selang puluhan menit berjuang akhirnya kami sampai di pasir tepi danau tapi apesnya celana saya basah semua (hihi terima kasih Dik, selamat menikmati kue hadiahnya).
Tetangga ni saat bermain sepeda air, heran mereka ini anteng banget!
Sepedanya pun normal aja.. gak kemana-mana huhuhu
Destinasi terakhir adalah wilayah Pangururan, yang merupakan ibukota Kabupaten Samosir. Namanya ibukota memasuki daerah ini memang lebih pikuk dan ramai seperti halnya masuk ke kota. Pusat niaga seperti pasar serta pemukiman pun banyak kami jumpai dan ternyata di wilayah ini juga ada jalan penghubung dengan dataran Pulau Sumatera artinya tidak perlu naik ferry untuk ke wilayah dataran Sumatera. Tujuan pertama kami adalah pemandian Aek Rangat. Ini adalah pemandian air panas, tentunya kami tidak mandi (hehe) cuma mau mengamati seperti apa daerahnya. Di perjalanan (cerita klasik ini mah) ban motor kami kempes (gak dimana ya, tetep) untuk kemudian akan selalu ada cerita cari tukang tambal ban jauuuuh (fiuuhh).


Welcome to Pangururan, indahnyaaaa!!!
Betah kan ya memandangi pemadangan macam ini!
Terakhir kami mengunjungi Danau Sidihoni. Ini adalah danau diatas danau. Begitu menarik kan wisata Samosir ini? setelah ada pantai di danau kali ini ada danau atas danau (hehe). Danau ini indah, perjalanan menuju kesana pun tak kalah indah. Dengan rute berkelok naik bukit, kita dapat melihat pemandangan Pangururan bahkan Danau Toba  dari ketinggian. Juga akan banyak kita temukan dinding bukit kecoklatan yang merupakan endapan danau. Eksotis dan indahlah perjalanan kesini. Dan ketika kita sampai di Danau Sidihoni, semua itu akan tambah menyenangkan. Danau jernih yang dikelilingi dataran luas berumput hijau itu seperti sebuah tempat tersembunyi yang tak banyak campur tangan manusia, yang saya temukan hanya beberapa hewan yang asyik merumput sambil sesekali menikmati segarnya air danau. Saya pun puas dengan duduk santai di tepi danau sampai akhirnya waktu juga yang memaksa saya harus pulang, berkendara beberapa jam lagi dan mujur saya sampai di Tuk-tuk tepat ketika hari beranjak gelap dan dingin.

Pemandangan Danau Toba dari bukit menuju D.Sidihoni,
sesaat sebelum kembali ke Tuk-tuk untuk kemudian menuju Brastagi dan Medan

8 comments:

  1. aduhh cantik seh pemandangannya..nice photo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mas Jheff :)

      Delete
    2. terrrrrrrrringi banget mau ke sana. Mungkin akhir tanggal Augustus 2015 saya pergi. Bisa saya hubungi orang Batak untuk show saya sekeliling? Kalau bisa hubungi saya melalui karisma.lham@gmail.com. TQ Karisma

      Delete
    3. waah... tak ada org batak yang kenal disana. kalau mau cb mungkin bisa tanya ke travel agent yang ada banyak di Kuala Namu. Enjoy medan ya!

      Delete
  2. Hai, mau tanya. disana petunjuk arahnya jelas gak sih? atau masih perlu tanya-tanya ke penduduk? terimakasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, dibilang jelas juga gak juga, tapi Samosir cuma satu pulau dan secara teknis satu jalan besar yang kelilingi pulau jadi gak akan kesasar banget. Kalo udah masuk ke jalan2 kecilnya mungkin perlu tanya juga. Seru kok org2 sana :) Selamat menjelajah

      Delete
  3. mas bayu...sewa motor di p.samosir itu kena berapa...??
    hitungan nya harian / jam

    ReplyDelete
    Replies
    1. harian, rasanya 100-150 ya (lupa-pupa ingat) tapi pasti bisa ditawar kok, berjuang aja! hehe selamat menjelajah

      Delete