Tuesday 31 March 2015

Danau Toba : Cantiknya si danau purba (Sumut Trip)

KNIA, lantai duanya untuk check in, megah ya!
Yeayy!! Saya kembali lagi ke Medan, kali ini bukan karena tugas kantor (baca Mumpung story (eps.1): Medan) seperti beberapa tahun sebelumnya tapi sengaja untuk berlibur. Hehe.

Bandara Kuala Namu di Deli Serdang menyambut saya dengan keindahannya. Lebih megah dan modern bila dibandingkan dengan Polonia. Walaupun jarak Kuala Namu lebih jauh dari pusat kota Medan tapi bandara ini benar-benar merepresentasikan Sumatera Utara (Sumut)  khususnya Medan sebagai salah satu kota yang katanya tersibuk, teramai dan terbesar di Indonesia. Bandaranya luas dengan fasilitas lengkap plus saya jadi gak deg-degan lagi kalo pesawat landing.

Pilihan kami menuju Parapat
Dua kali saya berkunjung ternyata Medan tetap asri dan cantik tapi juga tetap sangat ramai. Salipan kendaraan, bunyi klakson yang menderu-deru, antrian kendaraan di jam-jam sibuk, aduh tak jauh berbedalah dengan Jakarta. Itulah kenapa saya tak mau buru-buru mengunjungi pusat kota tapi bergerak jauh menuju Parapat dulu, kota singgah untuk mengunjungi Pulau Samosir.

Saya selalu ingin melihat Danau Toba secara langsung. Dan setelah saya berada di Parapat aduhai memang bagus sekali danau ini. Cantik pemandangannya, air jernih yang luas dipagari bukit hijau sekililingnya. Sekali lihat danau biasanya kecil saja, nampak sudah ujungnya dimana. Tapi di Danau Toba saya tak bisa melihat ujungnya, hanya bukit hijau samar-samar dikejauhan yang saya yakini sebagai ujung danau ini saking luasnya. Nah, katanya kalau ingin menikmati danau paling bagus adalah dari pulau Samosir yang berada di tengah-tengah danau (kebayang kan gedenya sampai ada pulau di tengah?!). Mobil travel yang kami tumpangi dari Kuala Namu pun dengan sigap mengantarkan kami menuju Tiga Raja, salah satu pelabuhan untuk menyebrang ke Samosir.

Kami memang merencanakan naik pesawat pagi ke Medan supaya sampai di Parapat siang dan bisa menikmati Danau Toba dari atas feri. Tak terbayanglah kalau harus menempuh 4 jam Medan ke Parapat sore hari plus harus nyebrang juga hampir satu jam ke Samosir, pasti tidak menyenangkan. Tapi disinilah kami sekarang, jam dua siang sudah di pelabuhan Tiga Raja (yeay hehe). Berdekatan dengan pasar yang ternyata sedang masa pekan (katanya setiap Kamis atau Sabtu gitu), pelabuhan ini ramai betul. Banyak orang berbelanja dan berniaga. Kami lalu memilih feri ke Tuk-tuk, salah satu spot dimana banyak wisatawan menginap. Pilihan lain adalah ke Tomok yang dekat dengan tempat wisata.
Narsis dulu hehe, mau pilih ke mana? Tomok (kiri) atau ke Tuk-tuk (kanan) 
Masih berlabuh tunggu jam berangkat, saya tak sabar!
Setelah menunggu lama akhirnya kami bergerak menuju Samosir, ke Tuk-tuk tepatnya. Aduh betul-betul indah danau ini. Siapapun yang belum pernah ke danau ini wajib datang dan rasakan kesegaran serta jernihnya air dan indahnya bukit hijau. Danau Toba terbentuk saat ledakan 70 ribu tahun lalu dari gunung supervolcano yang membentuk kaldera seluas 1.130 km2 yang kemudian terisi air. Di dalam kaldera ini terdapat sebuah pulau hasil tekanan magma yang belum keluar dan selanjutnya dikenal sebagai Pulau Samosir. Pasti mengerikan ledakan saat itu sampai menghilangkan nyawa hampir 60% penduduk bumi seperti yang dikemukakan para ahli. Tapi sekarang danau ini jadi cantik, dijamin mata dan otak kita akan sangat santai ketika melihatnya. Dan niat saya pokoknya harus merasakan air secara langsung mau cuma nyentuh atau nyemplung (haha). Lalu mengunjungi semua wisatanya dari mulai wisata budaya sampai yang unik (pantai dan 'danau atas danau ?!?).
Itu Pulau Samosir yang ada bukitnya & dibaliknya masih Danau Toba juga
Begitu besarnya danau ini, benar-benar tempat wisata favorit.
Di samosir kita tidak diantar ke pelabuhan atau semacamnya tapi feri akan mengantarkan kita tepat di hotel atau penginapan karena setiap dari mereka punya anjungan atau tempat untuk penumpang turun dan naik ke feri (keren ya). Tapi saat itu karena kami tidak tahu hotel kami dimana jadi kami masih harus berjalan kaki. Di perjalanan kami menemukan penyewaan motor, pemiliknya ibu-ibu lucu yang sangat baik jadi tanpa pikir panjang kami putuskan menyewa disana supaya lebih mudah mencari penginapan Samosir Cottage itu. Harga sewa motor? Hurrm termasuk mahal sih dari pengalaman saya selama ini. Tapi dengan alasan ini di pulau dan mungkin juga sulit menemukan sewa motor maka kami setuju, pun si ibu dengan logat khas sumateranya ini sangat baik dan membantu. Jalanan di Pulau Samosir tidak sulit kalau melihat di peta si ibu motor, yang utama adalah jalan melingkar di sekeliling pulau.

Batu Kursi Raja Siallagan adalah wisata pertama kami di hari pertama
Jalanannya sebagian besar sudah beraspal bagus, banyak mobil lau lalang juga jadi jangan mem-bayangkan pulau ini terpencil atau lainnya. Walau beberapa aspal rusak dan konturnya turun naik tapi jalanan cukup lebar. Jangan lah ragu bertanya kepada siapapun disana seperti yang selalu kami lakukan. Untuk sampai ke Samosir Cottage pun kami selalau bertanya karena di Tuk-tuk juga banyak jalanan kecil yang membuat kami tersesat atau lupa arah (haha). Setelah putar-putar akhirnya kami tiba di hotel dan ternyata hotel kami dipinggir danau juga (tau gitu mah).

Sebetulnya ada banyak pilihan penginapan di Samosir dengan beragam harga dan pemandangan yang sama-sama indah, Danau Toba! Di Samosir Cottage salah satunya. Walaupun saat itu ada pembangunan di salah satu bagian gedungnya tapi tidak terlalu mengganggu dan pemandangan Danau Toba dari jendela hotel tetap bisa kami nikmati dengan puas. Hotel-hotel di Danau Toba memang memberikan nilai plus mulai dari pemandangan indah dari salah satu jendela kamar kita atau teras cantik dan gazebo yang menghadap langsung ke danau sampai kolam renang alam yang sangat luas. Jadi pilihlah penginapanmu sekarang (kayak iklan hihi).
Eits, sebelumnya cek dulu jadwal feri dari dan ke Tiga Raja
Selanjutnya Pulau Samosir : Dari pantai sampai danau di atas danau (Sumut Trip)

Sunday 1 March 2015

Ayer Keroh, tak 'setua' Melaka

@Stadthuys-Melaka
Rindu angkot!!
Itu yang saya pikirkan ketika berjalan kaki jauh dari Mini Malaysia ke Melaka Zoo di Ayer Keroh. Disana hampir tidak ada kendaraan umum selain taksi dan bus Panorama Melaka yang ternyata keduanya sangat jarang ditemui. kondisinya berbeda dengan pusat kota Melaka dimana bus Panorama maupun taksi banyak ‘beredar’. Andai si angkot yang suka klakson itu ada disana (hehe) pasti aman deh kita. Panas pun menggila, berbekal nescafe dingin kami menyusuri pinggiran jalan raya (tak ada pedestrian juga) mencoba berjalan hati-hati agar tak tersenggol mobil dan jadi satu-satunya pejalan kaki disana. Lalu kenapa saya ke Ayer Keroh?

Nah, ketika siapapun berwisata ke Melaka sebetulnya tak hanya pusat kota Melaka saja yang bisa dijelajahi, daerah sekitarnya pun banyak tempat menarik seperti di Ayer Keroh yang terdapat Mini Malaysia atau Melaka Zoo, bisa juga mengunjungi daerah yang lebih jauh ke utara seperti Pulau Sebang sampai Simpang Ampat dimana ada theme park sampai pemandian air panas.

Bisa sekalian belanja plus makan2 loh @Melaka Sentral
Menuju kesana pastinya dari Melaka Sentral. Terminal besar ini memang jadi muara semua bus dari dan ke Melaka. Untuk ke Ayer Keroh ketika sampai di Melaka Sentral cari saja lajur bus 14 lalu kita menunggu disana. Biayanya murah sekitar RM2 saja. Pemberhentiaan terakhir bus ini adalah di Mini Malaysia, seru kan! Lalu ada apa saja di Mini Malaysia?

Sebetulnya tempat ini masih dalam tahap penyelesaian tapi sebagian besar sudah siap sehingga sudah bisa dikunjungi. Menempati lahan yang cukup luas dipinggir pusat kota Ayer Keroh, wisata ini sama seperti Taman Mini Indonesia Indah. Disini ada replika rumah-rumah setiap negeri di Malaysia, lalu ada teater pertunjukan tari dan kami pun berkesempatan menyaksikan tariannya. Hebat loh, mereka tetap mempertontonkan pertunjukan tarinya walaupun hanya kami yang menyaksikan karena pada saat itu memang bukan musimnya liburan dan sangat sepi pengunjung. Ada satu lagi yang belum selesai yaitu kawasan Asean. Mungkin akan merepresentasikan budaya setiap negara anggota. Wah kalo sudah siap pasti disana ada Indonesia juga, akan seperti apa ya? Semoga lebih ramai nantinya kawasan Mini Malaysia ini.

Wisata kami selanjutnya yaitu menuju Melaka Zoo, Taman Buaya serta Planetarium. Nah menuju Melaka Zoo inilah yang harus berjalan kaki ke rute semula mengarah ke pusat Ayer Keroh yang lantas membuat saya rindu angkot (hehe). Sesampainya di bonbin ternyata disana juga ada Night Safari-nya, tapi tidak ada niatpun saya ingin sampai malam disini. kondisi pengunjungnya memang lebih ramai daripada Mini Malaysia jadi lebih seru. Taman Buaya persis berseberangan dengan Melaka Zoo tapi kami tidak sempat mengunjunginya mengingat waktu yang terbatas, plus bus Panorama pun tidak sampai malam kan ya?! Lalu akhirnya kami menuju Planetarium yang letaknya lebih dekat ke pusat kota. Tapi tak mungkin berjalan kaki karena jaraknya yang jauh. Kami putuskan sewa taksi via aplikasi android (keren lah hehe). Lama kami tunggu bapak itu pun akhirnya datang, sudah hopeless rasanya kami pikir tidak ada taksi.

Salah satu rumah adat di Mini Malaysia, rumah negeri mana ya?!
Rasanya, bonbin selalu saya datangi kalau lagi wisata di suatu kota hihihi
Pemandangan Taman Buaya dari bonbin, sepertinya lebih ramai disana -.-
Eits, ini bukan masjid tapi Planetarium-nya Melaka
Planetarium Melaka ini jadi yang terbesar di Malaysia, kabarnya pun di Asia. Dan memang betul lah untuk bangunannya memang besar sekali. Ada ruang pameran yang luas sampai Dome yang memiliki layar melingkar besar untuk menonton film tentang luar angkasa. Disana kami juga jadi satu-satunya pengunjung tapi saya suka karena bisa lebih bebas (hehe) walaupun sebelah saya ni tidur saja ketika nonton film luar angkasa (hihi) mungkin memang capek karena kami banyak berjalan kaki. Banyak infromasi tentang NASA juga disini. Mungkin Planetarium Melaka memang ada kerjasama dengan badan antariksa Amerika itu sehingga banyak dan lengkap sekali informasi tentang astronomi atau luar angkasa disini. Great!

Jalan kaki terakhir adalah dari Planetarium menuju halte bus Panorama Melaka karena bus ini memang tidak berhenti di sembarang tempat. Halte terdekat ternyata ada di salah satu pusat perbelanjaan Mydin yang jaraknya sekitar setengah jam berjalan kaki (plus nyasar ini juga hehe). Jadilah ‘ngadem’ dulu (hehe) lumayan lah habis terpanggang kepanasan di jalanan Ayer Keroh. Bawalah payung ya yang mau kesini, panas banget! Beruntung setelah belanja dan menunggu cukup lama, bus Panorama yang menuju kota Melaka pun tiba. Lega rasanya mengingat takada lagi bajet untuk naik taksi (hehe).

So, kota Melaka memang kaya akan sejarah masa lalu tapi tak ada salahnya juga mampir ke daerah-daerah sekitarnya yang menawarkan wisata alam berbalut teknologi. Selamat menjelajah warisan dunia.

Cari mal di Melaka? datang aja ke salah dua dari mal yang lengkap ini @Mahkota Parade @Dataran Pahlawan