|
KNIA, lantai duanya untuk check in, megah ya! |
Yeayy!! Saya kembali lagi
ke Medan, kali ini bukan karena tugas kantor (
baca Mumpung story (eps.1): Medan) seperti beberapa tahun sebelumnya
tapi sengaja untuk berlibur. Hehe.
Bandara Kuala Namu di
Deli Serdang menyambut saya dengan keindahannya. Lebih megah dan modern bila dibandingkan dengan Polonia. Walaupun jarak Kuala Namu lebih jauh dari pusat
kota Medan tapi bandara ini benar-benar merepresentasikan Sumatera Utara (Sumut) khususnya Medan sebagai salah satu kota yang katanya tersibuk, teramai dan
terbesar di Indonesia. Bandaranya luas dengan fasilitas lengkap plus saya jadi
gak deg-degan lagi kalo pesawat landing.
|
Pilihan kami menuju Parapat |
Dua kali saya berkunjung ternyata Medan tetap asri dan cantik tapi juga tetap sangat
ramai. Salipan kendaraan, bunyi klakson yang menderu-deru, antrian kendaraan di
jam-jam sibuk, aduh tak jauh berbedalah dengan Jakarta. Itulah kenapa saya tak mau
buru-buru mengunjungi pusat kota tapi bergerak jauh menuju Parapat dulu, kota
singgah untuk mengunjungi Pulau Samosir.
Saya selalu ingin melihat
Danau Toba secara langsung. Dan setelah saya berada di Parapat aduhai memang
bagus sekali danau ini. Cantik pemandangannya, air jernih yang luas dipagari
bukit hijau sekililingnya. Sekali lihat danau biasanya kecil saja, nampak sudah
ujungnya dimana. Tapi di Danau Toba saya tak bisa melihat ujungnya, hanya bukit
hijau samar-samar dikejauhan yang saya yakini sebagai ujung danau ini saking
luasnya. Nah, katanya kalau ingin menikmati danau paling bagus adalah dari
pulau Samosir yang berada di tengah-tengah danau (kebayang kan gedenya sampai
ada pulau di tengah?!). Mobil travel yang kami tumpangi dari Kuala Namu pun
dengan sigap mengantarkan kami menuju Tiga Raja, salah satu pelabuhan untuk
menyebrang ke Samosir.
Kami memang merencanakan
naik pesawat pagi ke Medan supaya sampai di Parapat siang dan bisa menikmati
Danau Toba dari atas feri. Tak terbayanglah kalau harus menempuh 4 jam Medan ke
Parapat sore hari plus harus nyebrang juga hampir satu jam ke Samosir, pasti
tidak menyenangkan. Tapi disinilah kami sekarang, jam dua siang sudah di
pelabuhan Tiga Raja (yeay hehe). Berdekatan dengan pasar yang ternyata sedang
masa pekan (katanya setiap Kamis atau Sabtu gitu), pelabuhan ini ramai betul.
Banyak orang berbelanja dan berniaga. Kami lalu memilih feri ke Tuk-tuk, salah
satu spot dimana banyak wisatawan menginap. Pilihan lain adalah ke Tomok yang
dekat dengan tempat wisata.
|
Narsis dulu hehe, mau pilih ke mana? Tomok (kiri) atau ke Tuk-tuk (kanan) |
|
Masih berlabuh tunggu jam berangkat, saya tak sabar! |
Setelah menunggu lama
akhirnya kami bergerak menuju Samosir, ke Tuk-tuk tepatnya. Aduh
betul-betul indah danau ini. Siapapun yang belum pernah ke danau ini wajib
datang dan rasakan kesegaran serta jernihnya air dan indahnya bukit hijau. Danau
Toba terbentuk saat ledakan 70 ribu tahun lalu dari gunung supervolcano yang
membentuk kaldera seluas 1.130 km
2 yang kemudian terisi air. Di
dalam kaldera ini terdapat sebuah pulau hasil tekanan magma yang belum keluar
dan selanjutnya dikenal sebagai Pulau Samosir. Pasti mengerikan ledakan saat
itu sampai menghilangkan nyawa hampir 60% penduduk bumi seperti yang
dikemukakan para ahli. Tapi sekarang danau ini jadi cantik, dijamin mata dan
otak kita akan sangat santai ketika melihatnya. Dan niat saya pokoknya harus
merasakan air secara langsung mau cuma nyentuh atau nyemplung (haha). Lalu
mengunjungi semua wisatanya dari mulai wisata budaya sampai yang unik (pantai dan 'danau atas danau ?!?).
|
Itu Pulau Samosir yang ada bukitnya & dibaliknya masih Danau Toba juga |
|
Begitu besarnya danau ini, benar-benar tempat wisata favorit. |
Di samosir kita tidak
diantar ke pelabuhan atau semacamnya tapi feri akan mengantarkan kita tepat di
hotel atau penginapan karena setiap dari mereka punya anjungan atau tempat
untuk penumpang turun dan naik ke feri (keren ya). Tapi saat itu karena kami
tidak tahu hotel kami dimana jadi kami masih harus berjalan kaki. Di perjalanan
kami menemukan penyewaan motor, pemiliknya ibu-ibu lucu yang sangat baik jadi
tanpa pikir panjang kami putuskan menyewa disana supaya lebih mudah mencari
penginapan Samosir Cottage itu. Harga sewa motor?
Hurrm termasuk mahal
sih
dari pengalaman saya selama ini. Tapi dengan alasan ini di pulau dan mungkin
juga sulit menemukan sewa motor maka kami setuju, pun si ibu dengan logat khas
sumateranya ini sangat baik dan membantu. Jalanan di Pulau Samosir tidak sulit
kalau melihat di peta si ibu motor, yang utama adalah jalan melingkar di
sekeliling pulau.
|
Batu Kursi Raja Siallagan adalah wisata pertama kami di hari pertama |
Jalanannya sebagian besar sudah beraspal bagus, banyak mobil lau lalang juga jadi jangan mem-bayangkan pulau ini terpencil atau lainnya. Walau beberapa aspal rusak dan konturnya turun naik tapi jalanan cukup lebar. Jangan lah ragu bertanya kepada siapapun disana seperti yang selalu kami lakukan. Untuk sampai ke Samosir Cottage pun kami selalau bertanya karena di Tuk-tuk juga banyak jalanan kecil yang membuat kami tersesat atau lupa arah (haha). Setelah putar-putar akhirnya kami tiba di hotel dan ternyata hotel kami dipinggir danau juga (
tau gitu
mah).
Sebetulnya ada banyak pilihan penginapan di Samosir dengan beragam harga dan pemandangan yang sama-sama indah, Danau Toba! Di Samosir Cottage salah satunya. Walaupun saat itu ada pembangunan
di salah satu bagian gedungnya tapi tidak terlalu mengganggu dan
pemandangan Danau Toba dari jendela hotel tetap bisa kami nikmati dengan puas.
Hotel-hotel di Danau Toba memang memberikan
nilai plus mulai dari pemandangan indah dari salah satu jendela kamar kita atau
teras cantik dan gazebo yang menghadap langsung ke danau sampai kolam renang alam yang
sangat luas. Jadi pilihlah penginapanmu sekarang (kayak iklan hihi).
|
Eits, sebelumnya cek dulu jadwal feri dari dan ke Tiga Raja |
Selanjutnya Pulau Samosir : Dari pantai sampai danau di atas danau (Sumut Trip)
suka seh pic kamu...nice editt..beautiful
ReplyDeleteIyaaa :)
Deletesuka jugaa..