Monday, 15 September 2014

Jelajah Pulau : Trem Penang Hill vs Cable Car Langkawi


Pulau cantik, Penang dan Langkawi
Pesona pulau-pulau kecil itu memang selalu menggiurkan. Siapa yang tahan untuk tidak menikmati pantai-pantai cantik yang mengelilingi pulau, lalu suasana tenang jauh dari hiruk pikuk kota, jauh dari dataran utama sampai menemukan surga bagi siapa saja pencinta seafood. Terakhir saya berwisata di sebuah pulau itu pada bulan Mei 2012 ke Bangka (huhu udah lama yaa). Jadi rindu rasanya..

Alasan tadilah yang akhirnya membawa saya untuk berwisata ke Pulau Langkawi di utara semenanjung Malaysia. Pulau dengan pantai-pantai cantik dan gugusan pulau kecil disekitarnya ini sudah sangat terkenal di dunia. Lalu juga berwisata ke Pulau Penang, salah satu negara bagian di Malaysia yang lokasinya lebih dekat dari Kuala Lumpur. Nilai plus Penang ada di ibukotanya yaitu George Town yang merupakan salah satu dari UNESCO World Heritage City atau kota yang menjadi situs warisan dunia jadi pasti punya banyak bangunan penting bersejarah dan peninggalan budaya yang kaya. Wuaah, dua tempat yang sangat ingin saya kunjungi. Selain dekat, rasanya tidak menguras bujet. Kedua pulau ini pun terasa semakin dekat karena terhubung dengan pesawat yang ongkosnya murah sekali.

Trem di Penang Hill (wikipedia)
Penginapan dan transportasi mudah ditemukan dikedua pulau, dari guesthouse murah atau cottage sampai resort pun ada, terlebih Pulau Penang yang ternyata sudah dilengkapi dengan transportasi yang sangat baik. Rapid Penang (bus semacam Rapid KL) akan selalu siap mengantar kita mengililingi pulau. Bertolak dari pusat Komtar, Rapid Penang jadi pilihan baik ketika ingin menikmati pantai-pantai yang terkenal cantik disini tapi dengan jarak yang agak jauh seperti di Batu Feringghi ataupun Tanjung Bungah. Urusan ‘dalam kota’ Pulau Penang, seperti di George Town, Penang Hill, sekitar Komtar atau Gurney Drive yang terkenal dengan mal serta tempat makan malam hari, kami putuskan untuk sewa sepeda motor. 

Bagi saya, sepeda motor selalu menjadi pilihan bijak. Bujet murah, simpel dan relatif lebih cepat selalu jadi alasan utamanya. Bahkan di Langkawi saya naik motor sampai jarak terjauh sekalipun, seperti dari pusat kota Kuah menuju ke gondola atau cable car yang berada di ujung barat (dekat Telaga Harbour) dan harus melewati airport pula (hehe). Memang, transportasi di Langkawi tidak selengkap di Penang.
 
Suasana malam menunggu bus di kawasan Komtar
Urusan wisatanya pun jangan diragukan, kedua pulau ini sama-sama punya wisata bukit yang jadi andalannya, dan bukan tentang ada apa diatas bukit, tapi yang seru adalah bagaimana cara kita kesana. Di Penang, adalah Bukit Bendera atau Penang Hill yang berada diketinggian 735m dpl. Cara kita kesana adalah naik trem/kereta listrik yang rasanya cukup bikin deg-degan saking cepatnya mendaki, walaupun sensasinya tetap sukses membuat penumpangnya tersenyum-senyum. Pemandangan menuju bukit pun indah apalagi kala itu saya datang menjelang petang. Sampai di puncak bukit ada banyak tempat makan, juga kuil atau spot-spot cantik untuk saya abadikan lewat kamera. Pemandangan Pulau Penang dari ketinggian pun tidak boleh saya lewatkan.
Gerbang masuk Penang Hill atau Bukit Bendera
Walau trem nya miring, kita tetap berdiri tegak kok hehe
Pemandangan dari atas bukit, ternyata bisa juga loh trekking jalan kaki hehe
Ada banyak tempat makan, favorit saya ABC (ais batu campur) banyak buah!
 Di Pulau Langkawi wisata bukitnya terasa lebih menantang. Gondola dengan nama Langkawi Sky Cab yang saya singgung sebelumnya adalah daya tarik utama bagaimana kita menuju bukit. Saya jadi teringat ketika saya naik gondola di Genting Highland, rasa takut dan senang jadi satu tapi cuaca yang bersahabat kala itu memberikan ketenangan tersendiri.

Nah, jadi bagaimana di Langkawi?

Pintu gerbang Langkawi Sky Cab
Hujan di gondola? jangan dulu lah














Sore itu ketika memasuki Oriental Village (area awal sebelum memasuki terminal gondola) sudah terlihat awan mendung menggantung di puncak-puncak bukit. Gunung Machincang adalah tujuan akhir gondola ini yang berada diketinggian 708 m dpl. Dan harus melewati satu terminal tengah sebelum menuju terminal puncak. Suara petugas dari pengeras suara kerap terdengar menyerukan gondola yang tertunda keberangkatannya karena cuaca buruk. Saya lihat ke atas pun, kabut putih tebal itu memang terasa dekat, enggan beranjak menutup puncak-puncak yang katanya indah. Akhirnya kami putuskan untuk menunda sambil jalan-jalan dulu di sekitar Oriental Village yang banyak diisi penjual souvenir serta makanan seraya berharap cuaca membaik. Tapi ternyata hujan lebat yang turun sehingga kami terpaksa menunda esok hari.

Keesokan harinya saya pun datang kembali.. (bersambung)


2 comments:

  1. penceritaan tentang pengalamannya sangat matang seh dan ayatnya bagus seh..bisa menjadi sifu aku seh untuk menulis blog..=)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha ngak ada lah sifu...
      iyea karena pengalaman menarik jadi pasti senang menceritakannya :)

      Delete