|
Pulau cantik, Penang dan Langkawi |
Pesona pulau-pulau kecil
itu memang selalu menggiurkan. Siapa yang tahan untuk tidak menikmati pantai-pantai
cantik yang mengelilingi pulau, lalu suasana tenang jauh dari hiruk pikuk kota,
jauh dari dataran utama sampai menemukan surga bagi siapa saja pencinta seafood. Terakhir saya berwisata di
sebuah pulau itu pada bulan Mei 2012 ke Bangka (huhu udah lama yaa). Jadi rindu rasanya..
Alasan tadilah yang
akhirnya membawa saya untuk berwisata ke Pulau Langkawi di utara semenanjung Malaysia.
Pulau dengan pantai-pantai cantik dan gugusan pulau kecil disekitarnya ini
sudah sangat terkenal di dunia. Lalu juga berwisata ke Pulau Penang, salah satu
negara bagian di Malaysia yang lokasinya lebih dekat dari Kuala Lumpur. Nilai
plus Penang ada di ibukotanya yaitu George Town yang merupakan salah satu dari UNESCO World Heritage City atau kota
yang menjadi situs warisan dunia jadi pasti punya banyak bangunan penting
bersejarah dan peninggalan budaya yang kaya. Wuaah, dua tempat yang sangat ingin saya kunjungi. Selain dekat, rasanya
tidak menguras bujet. Kedua pulau ini pun terasa semakin dekat karena terhubung
dengan pesawat yang ongkosnya murah sekali.
|
Trem di Penang Hill (wikipedia) |
Penginapan dan
transportasi mudah ditemukan dikedua pulau, dari guesthouse murah atau cottage
sampai resort pun ada, terlebih Pulau
Penang yang ternyata sudah dilengkapi dengan transportasi yang sangat baik. Rapid
Penang (bus semacam Rapid KL) akan selalu siap mengantar kita mengililingi
pulau. Bertolak dari pusat Komtar, Rapid Penang jadi pilihan baik ketika ingin
menikmati pantai-pantai yang terkenal cantik disini tapi dengan jarak yang agak
jauh seperti di Batu Feringghi ataupun Tanjung Bungah. Urusan ‘dalam kota’ Pulau
Penang, seperti di George Town, Penang Hill, sekitar Komtar atau Gurney Drive yang terkenal
dengan mal serta tempat makan malam hari, kami putuskan untuk sewa sepeda
motor.
Bagi saya, sepeda motor selalu menjadi pilihan bijak. Bujet murah, simpel
dan relatif lebih cepat selalu jadi alasan utamanya. Bahkan di Langkawi saya
naik motor sampai jarak terjauh sekalipun, seperti dari pusat kota Kuah menuju
ke gondola atau cable car yang berada
di ujung barat (dekat Telaga Harbour) dan harus melewati airport pula (hehe). Memang, transportasi di Langkawi tidak
selengkap di Penang.
|
Suasana malam menunggu bus di kawasan Komtar |
Urusan wisatanya pun
jangan diragukan, kedua pulau ini sama-sama punya wisata bukit yang jadi
andalannya, dan bukan tentang ada apa diatas bukit, tapi yang seru adalah
bagaimana cara kita kesana. Di Penang, adalah Bukit Bendera atau Penang Hill
yang berada diketinggian 735m dpl. Cara kita kesana adalah naik trem/kereta
listrik yang rasanya cukup bikin deg-degan saking cepatnya mendaki,
walaupun sensasinya tetap sukses membuat penumpangnya tersenyum-senyum. Pemandangan
menuju bukit pun indah apalagi kala itu saya datang menjelang petang. Sampai di
puncak bukit ada banyak tempat makan, juga kuil atau spot-spot cantik untuk
saya abadikan lewat kamera. Pemandangan Pulau Penang dari ketinggian pun tidak
boleh saya lewatkan.
|
Gerbang masuk Penang Hill atau Bukit Bendera |
|
Walau trem nya miring, kita tetap berdiri tegak kok hehe |
|
Pemandangan dari atas bukit, ternyata bisa juga loh trekking jalan kaki hehe |
|
Ada banyak tempat makan, favorit saya ABC (ais batu campur) banyak buah! |
Di Pulau Langkawi wisata
bukitnya terasa lebih menantang. Gondola dengan nama Langkawi Sky Cab yang saya
singgung sebelumnya adalah daya tarik utama bagaimana kita menuju bukit. Saya
jadi teringat ketika saya naik gondola di Genting Highland, rasa takut dan
senang jadi satu tapi cuaca yang bersahabat kala itu memberikan ketenangan
tersendiri.
Nah, jadi bagaimana di
Langkawi?
|
Pintu gerbang Langkawi Sky Cab |
|
Hujan di gondola? jangan dulu lah |
Sore itu ketika memasuki
Oriental Village (area awal sebelum memasuki terminal gondola) sudah terlihat
awan mendung menggantung di puncak-puncak bukit. Gunung Machincang adalah
tujuan akhir gondola ini yang berada diketinggian 708 m dpl. Dan harus melewati
satu terminal tengah sebelum menuju terminal puncak. Suara petugas dari
pengeras suara kerap terdengar menyerukan gondola yang tertunda
keberangkatannya karena cuaca buruk. Saya lihat ke atas pun, kabut putih tebal
itu memang terasa dekat, enggan beranjak menutup puncak-puncak yang katanya
indah. Akhirnya kami putuskan untuk menunda sambil jalan-jalan dulu di sekitar
Oriental Village yang banyak diisi penjual souvenir serta makanan seraya berharap
cuaca membaik. Tapi ternyata hujan lebat yang turun sehingga kami terpaksa
menunda esok hari.
|
Keesokan harinya saya pun datang kembali.. (bersambung) |
penceritaan tentang pengalamannya sangat matang seh dan ayatnya bagus seh..bisa menjadi sifu aku seh untuk menulis blog..=)
ReplyDeleteHahaha ngak ada lah sifu...
Deleteiyea karena pengalaman menarik jadi pasti senang menceritakannya :)