Menantikan Tawangmangu! |
Cuti dua hari dari kantor
sudah disiapkan, tiket kereta Jakarta-Solo PP pun sudah dipesan satu bulan
sebelumnya (untuk tiga orang bahkan hehe). Jumat sore kami sudah tiba di
Stasiun Senen setia menanti KA Brantas, kereta api ekonomi yang sekarang sudah
difasilitasi pendingin tapi tetap murah karena dapat subsidi. Untuk harga
Jakarta-Solo PP kami hanya mengeluarkan biaya 125 ribu per orangnya (jadi pengen naik kereta kan!). Nah, dari Solo
rencananya kami akan naik bus menuju Tawangmangu untuk selanjutnya ke daerah
Cemoro Sewu dan disanalah titik pendakian dimulai.
Menanti bus ke Tawangmangu.. |
Kereta mulai meninggalkan
Senen sekitar pukul 4 sore, bila sesuai jadwal (maklum ekonomi hehe) kami akan
tiba di Stasiun Solo Jebres pukul 3 pagi keesokan hari. Selama 11 jam
perjalanan tersebut, sepanjang yang saya ingat, saya mulai dengan tidur,
ngobrol sama Ardi, makan malam nasi goreng, tidur, melamun, ngobrol, tidur
lagi, nyemil, ngobrol sama bapak-bapak yang duduk depan kami (yang ternyata cerita
mulu), kode-kodean sama ardi buat gantian ‘ngeladenin’ obrolan si Bapak (piss
Pak hehe), dengerin musik, baca novel (Duh, bawanya novel Toto Chan! 5 cm gitu kek ya).
Pas melamun, ingat
kejadian seru di Senen tadi sore, adalah seorang Bapak yang sepertinya
tentara/polisi sedang dimarahi petugas karena kedapatan membawa burung sangkar
masuk kedalam peron. Si Bapak marah ‘kan cuma burung? Bukan narkoba’ petugas
tetap bersikeras tidak boleh dibawa ‘Bapak lihat di belakang tiket ada
peraturannya’ bahkan komandan si petugas pun ditelepon untuk diminta datang
(tapi tidak jadi datang) setelah cekcok sana-sini dan pastinya ditonton orang
se-peron, klimaksnya sangkar burung dibanting si Bapak dengan emosi tinggi, saya
tak berani lihat sebetulnya, saya kira si burung mati karena sangkar hancur dan
punutup kertasnya pun robek tak karuan! Tragis! Kenapa pas checkin boleh masuk ya, kenapa juga si Bapak bawa-bawa burung
pulang kampung. Burung sang korban!
Semoga itu bukan pertanda
buruk ya buat kami (hehe). Hampir jam 4 dini hari kami sampai di Solo Jebres,
saatnya turun meregangkan badan dan menunggu untuk solat subuh di dalam
stasiun. Stasiun sekarang kan enak, ‘sepi’! Solo Jebres memang pastinya tidak
sebagus dan sebesar Solo Balapan, ini hanya stasiun ‘kedua’ tapi tetap saja nyaman,
fasilitas yang cukup dengan bangunan ala eropa yang tetap bisa memanjakan mata.
Maaf bagasinya kepake semua he.. |
‘Gunung Lawunya kebakaran
kemarin Mas, akan ada pemeriksaan petugas, nanti dikabarkan jam dua apakah bisa
dibuka atau tidak, Masnya bisa ambil jalur Cemoro Kandang kalau mau langsung
naik’
Itulah setidaknya yang
saya tangkap dari perkataan petugas di pos Cemoro Sewu. Nah, apes! Gara-gara
burung kah? Hehe gak lah ya..
Saya dan Ardi memutuskan
untuk menunggu. Rutinitas kembali diulang, tidur, ngobrol, tidur lagi, keliling-keliling,
solat lalu makan siang yang tadi sempat kami beli di terminal. Jam dua siang
tiba, ternyata diputuskan Cemoro Sewu tidak bisa dibuka. Beberapa pendaki
langsung mundur kembali ke Cemoro Kandang yang tadi memang kami lewati saat
naik colt. Ini diluar rencana kami memang, inginnya jam 2 ini kami mungkin
sudah bisa ada di pos pertama pendakian menuju puncak. Oke, kami lihat
sekeliling ternyata banyak juga pendaki yang turun lewat jalur Cemoro Sewu,
kami tanya seperti apa kondisi di atas dan mereka bilang ‘sudah baik-baik saja’.
Lalu kami bertemu pendaki solo yang juga berkata hal yang sama. Yup, dia sendirian
naik Gunung Lawu PP seharian, kalau lihat badan masnya yang gak bisa dibilang
kecil ini, He just did a great work!
Saya pun pasti bisa, apalagi gak sendiri pula!
Mungkin si petugas hanya
ingin menghindari ‘kemungkinan’ terbakar lagi karena kondisinya pasti masih
agak rawan (mudah kebakaran) jadi lebih baik tidak ada yang naik dulu, toh ada
jalur lain. Tapi kami? Bandel (hehe). Tetap naik lewat jalur Cemoro Sewu ini dan
tiba-tiba papasan sama petugas itu di tengah jalan, langsung deg-degan jadinya,
tapi lantas dia bilang ‘hati-hati jangan buat api ya, kalau ada api tolong
dimatikan’ (jiaaahhh) Siap Pak!!!
Ada lima pos yang akan
kami lewati untuk sampai puncak. Saya mulai melangkah perlahan dan santai.
Jalur nya sudah jelas, cukup lebar dan berbatu jadi enak saja untuk dilalui.
Saya sempat berpikir masih lebih sulit jalur Pangrango sebelumnya. Tapi saya
tetap waspada. Dan yang membuat semangat tentu pemandangan sekitar yang nanti
akan dijumpai. Dua jam lebih saya sampai di Pos pertama. Rasanya memang saya
masih harus beradaptasi bagaimana naik gunung yang benar, dengan beban tas
ransel yang tidak ringan juga kontur yang ternyata terus nanjak, itu semua
cukup bahkan sangat menguras nafas dan tenaga. Kami sampai di pos satu hampir
pukul 5 sore dan setelah diskusi kami memutuskan menginap dulu disini. Di pos
satu ada warung (bahkan katanya di pos 5 pun ada warungnya! Wow) dan kami
diajak Bapak Ibu pemilik warung untuk menginap digubuknya daripada di bangunan pos
yang sudah pasti dingin.
Pasangan suami istri ini
sangat baik, saya sempat berpikir mereka seharusnya pulang kerumah di Sarangan tapi
karena ada kami mereka juga jadi ikut menginap di warung. Mereka pun baru sadar
dan menyayangkan berita penutupan Cemoro Sewu karena hasilnya warung mereka
relatif sepi. Kesempatan ini kami gunakan untuk bisa beristirahat dan juga
ngobrol banyak dengan penjual gorengan yang sangat enak ini. Di gubuk memang
jauh lebih baik daripada mendirikan tenda. Kami menginap di gubuk yang terpisah
dengan mereka, bahkan kami dibekali ‘damar’ yang membuat gubuk kami lebih
terang. Wah pokoknya tenteram gitu (hehe). Ketika malam hari saya keluar untuk
kencing lalu saya lihat ke atas langit, ratusan mungkin ribuan bintang memenuhi
langit biru gelap tersebut. Sangat indah, saya sempat merinding melihat bintang
sebanyak itu, terang, berkedip dan benar-benar banyak! Saya sengajakan memandang
lama langit itu, sampai dinginnya malam akhirnya memaksa saya masuk kembali ke
gubuk. Saya yakin besok pasti banyak hal yang lebih indah di puncak sana.
Jelajahan selanjutnya Sunrise Puncak Lawu : Cemoro Kandang
Keren gan. kapan ya ane bisa ke sini....huhu...
ReplyDeletelautan awannya keren lho,,
DeleteSuatu saat harus bisa kesana :)
kendaraan dari solo ke basecamp pendakian gn.lawu berapaan mas?
ReplyDeletedari solo ke tawangmangu dulu, naik bis dulu si belasan ribu (lupa euy) trus lanjut colt... lupa juga kayaknya dua puluh ribu :)
Delete