“Besok katanya si ada
rombongan trail mau naik ke atas Mas, mungkin 50 ada tuh”
Itu yang Bapak pemilik
warung ucapkan di malam ketika kami numpang menginap. Ucapan seiring doa untuk
turut meramaikan warungnya esok. Dan pagi harinya selagi kami masih di gubuk, bukan
motor trail yang kami lihat tapi puluhan Bapak-bapak TNI yang sedang ‘wisata’
naik ke puncak Lawu. Latihan mungkin. Bahkanmereka berangkat dari subuh. Ada
juga trail tapi rasanya tidak akan sampai ke atas dan tidak sampai 50 (emang mau ngojek hehe). Jam 8 pagi kami
melanjutkan pendakian, meninggalkan POS 1 seraya pamit dan mengucap banyak terima kasih ke Bapak Ibu
pemilik warung (Duh, lupa tanya nama).
Istirahat dulu di POS 3. lanjut nanjak lagi!! |
Seiring waktu, kontur jalan rasanya
semakin naik tajam, jarang saya temukan jalan mendatar padahal saya
mengharapkan sesuatu yang mendatar barang sejenak tapi memang begitulah
ketika kita ambil jalur Cemoro Sewu. Jalur ini memang terus naik tapi lebih
pendek dibandingkan jalur Cemoro Kandang yang relatif datar tapi panjang karena
memutar jadi memakan waktu lebih lama. Di perjalanan kami menikmati pemandangan
yang sangat indah. Tumbuhan khas pegunungan seperti edelwise ada dimana-mana
tapi yang paling indah memang melihat kumpulan awan putih yang ada di
bawah kita. Udara memang semakin tipis dan dingin tapi kami masih harus bergerak justru supaya terasa lebih hangat.
Ada bantuan untuk mendaki! Tapi dingin besinya euy.. |
Pos dua dan tiga telah kami
lewati dan sekitar pukul 3 sore kami sampai di pos lima. Tentu dengan waktu
istirahat yang banyak dan jeda jalan kaki yang tidak sedikit. Ternyata di pos
lima memang ada warung yang konon terkenal, warung mbok Yem, dengan lebih
banyak lagi gubuk yang bisa ditempati untuk menginap. Mungkin hanya di Gunung
Lawu yang ada warung di puncak seperti ini. Tapi sewaktu kami datang, Mbok Yem
rasanya mau pergi dan warungnya ditutup. Warung ini dekat dengan Sendang Drajat,
salah satu tempat yang dikramatkan di Lawu.
Dari pos terakhir ini
sudah cukup dekat dengan puncak Lawu, makanya kami pun tetap melanjutkan
pendakian. Sebetulnya selama mendaki kami sering berpapasan dengan orang-orang
yang justru turun gunung. Memang saat itu adalah hari Minggu jadi banyak yang
sudah bersiap pulang. Bahkan kami masih jumpa Bapak-bapak TNI, bedanya kali ini
mereka sudah turun. Kalimat yang sering kami dengar pasti “baru naik?”
“semangat”, “berdua aja?” bahkan salah satu Bapak TNI dengan logat jawa yang
kental bilang “baru naik? Waah
semangat-semangat saya ndak mau lagi dengkule dah ndak kuat” (iyalah PP naik
turun gunung seharian begitu siapa yang kuat hehe hebat Pak!).
Sebelum maghrib saya
sudah sampai di Puncak dan langsung membuat tenda supaya tidak keduluan sama
udara malam puncak yang karuan sudah pasti dingin. Tujuan kami selanjutnya
adalah sunrise Lawu jadi kami harus
istirahat dan bangun pagi.
Tidur pun memang tidak
senyenyak dirumah, ada saja binatang kecil atau serangga yang sepertinya
merayap menapaki tenda atau rumput sebelah kami, bahkan rasanya saya melihat
tikus gunung. Tapi ya kami harus tetap tidur dan pukul lima subuh kami sudah
siap menyambut sunrise, dan inilah dia
ketika sang bintang besar itu muncul di Negeri di Atas Awan.
Sunrise Puncak Lawu, 3265 m dpl - 09 September 2013 |
Saya betah berlama-lama memandangi langit biru subuhnya yang memudar menjadi kekuningan, menggenggam teh hangat ditangan karena udara memang sangat dingin, nafas pun tertahan sesekali mengagumi indanya pemadangan dihadapan, sungguh menakjubkan! Subhanallah!
Di jalur pulang, kami
ambil rute Cemoro Kandang karena rasanya cocok untuk kaki agar sedikit lebih
santai dengan banyaknya jalan yang lebih datar. Jalur ini relatif lebih sempit,
dimana kanan kiri sudah langsung jurang dan sebagian besar kontur adalah tanah.
Tapi memang lebih landai dan lebih jauh sehingga kami coba untuk tidak terlalu
banyak istirahat.
Negeri di atas awan, siapa yang pernah? Saya!! |
Gn. Sumbing dan Gn. Sundoro di kejauhan. Pemandangan dari jalur Cemoro Kandang tak kalah hebat. |
Akhirnya, hampir jam 3
sore ketika kami sampai dan beristirahat di salah satu warung di jalan raya
depan pos Cemoro Kandang. Rasanya lega bisa menyelesaikan trek Cemoro Kandang dan
juga puas menikmati Lawu di 3 hari belakangan ini. Kami lanjutkan segera
perjalanan menuju Tawangmangu dan Solo untuk kembali ke Jakarta. Kereta kami, KA
Matarmaja akan siap mengantarkan kami jam setengah sebelas malam nanti. Jadi
sebetulnya kami punya banyak waktu yang akhirnya kami habiskan di terminal Solo
dan di dalam stasiun Solo Jebres sambil melihat kembali foto-foto narsis kami. Lawu,
ternyata saya bisa!
Masuk ke Matarmaja yang
tentu juga sudah ber-AC, mata saya dihadapkan pemandangan carrier-carrier
besar, tas ala pendaki, sampai matras di atas kabin gerbong serta penumpang
yang sebagian tertidur lelah tapi puas. Cukup terkejut dan penasaran rasanya. Dari
Bromo kah mereka? Ah tapi saya juga sudah pernah. Atau mungkin Semeru? Hmm...saya
rasa Semeru! Ya! Mungkin suatu saat saya juga bisa kesana!
Jelajahan sebelumnya Sunrise Puncak Lawu : Cemoro Sewu
Mantap gan... Pasti aslinya lebih indah dari fotonya. B-)
ReplyDeleteYup,, indah sekali lah haha
Deletekeren
ReplyDeleteThanks,,, mari menjelajah Lawu :)
DeleteKeren banget seh
ReplyDeleteHehe iyea.. sunrise keren :)
Delete