Sunday 24 November 2013

Sunrise Puncak Lawu : Cemoro Kandang



“Besok katanya si ada rombongan trail mau naik ke atas Mas, mungkin 50 ada tuh”

Itu yang Bapak pemilik warung ucapkan di malam ketika kami numpang menginap. Ucapan seiring doa untuk turut meramaikan warungnya esok. Dan pagi harinya selagi kami masih di gubuk, bukan motor trail yang kami lihat tapi puluhan Bapak-bapak TNI yang sedang ‘wisata’ naik ke puncak Lawu. Latihan mungkin. Bahkanmereka berangkat dari subuh. Ada juga trail tapi rasanya tidak akan sampai ke atas dan tidak sampai 50 (emang mau ngojek hehe). Jam 8 pagi kami melanjutkan pendakian, meninggalkan POS 1 seraya pamit dan mengucap banyak terima kasih ke Bapak Ibu pemilik warung (Duh, lupa tanya nama).

Istirahat dulu di POS 3. lanjut nanjak lagi!!
Seiring waktu, kontur jalan rasanya semakin naik tajam, jarang saya temukan jalan mendatar padahal saya mengharapkan sesuatu yang mendatar barang sejenak tapi memang begitulah ketika kita ambil jalur Cemoro Sewu. Jalur ini memang terus naik tapi lebih pendek dibandingkan jalur Cemoro Kandang yang relatif datar tapi panjang karena memutar jadi memakan waktu lebih lama. Di perjalanan kami menikmati pemandangan yang sangat indah. Tumbuhan khas pegunungan seperti edelwise ada dimana-mana tapi yang paling indah memang melihat kumpulan awan putih yang ada di bawah kita. Udara memang semakin tipis dan dingin tapi kami masih harus bergerak justru supaya terasa lebih hangat.

Ada bantuan untuk mendaki! Tapi dingin besinya euy..
Pos dua dan tiga telah kami lewati dan sekitar pukul 3 sore kami sampai di pos lima. Tentu dengan waktu istirahat yang banyak dan jeda jalan kaki yang tidak sedikit. Ternyata di pos lima memang ada warung yang konon terkenal, warung mbok Yem, dengan lebih banyak lagi gubuk yang bisa ditempati untuk menginap. Mungkin hanya di Gunung Lawu yang ada warung di puncak seperti ini. Tapi sewaktu kami datang, Mbok Yem rasanya mau pergi dan warungnya ditutup. Warung ini dekat dengan Sendang Drajat, salah satu tempat yang dikramatkan di Lawu.

Dari pos terakhir ini sudah cukup dekat dengan puncak Lawu, makanya kami pun tetap melanjutkan pendakian. Sebetulnya selama mendaki kami sering berpapasan dengan orang-orang yang justru turun gunung. Memang saat itu adalah hari Minggu jadi banyak yang sudah bersiap pulang. Bahkan kami masih jumpa Bapak-bapak TNI, bedanya kali ini mereka sudah turun. Kalimat yang sering kami dengar pasti “baru naik?” “semangat”, “berdua aja?” bahkan salah satu Bapak TNI dengan logat jawa yang kental bilang “baru naik? Waah semangat-semangat saya ndak mau lagi dengkule dah ndak kuat” (iyalah PP naik turun gunung seharian begitu siapa yang kuat hehe hebat Pak!).

Sebelum maghrib saya sudah sampai di Puncak dan langsung membuat tenda supaya tidak keduluan sama udara malam puncak yang karuan sudah pasti dingin. Tujuan kami selanjutnya adalah sunrise Lawu jadi kami harus istirahat dan bangun pagi.

Tidur pun memang tidak senyenyak dirumah, ada saja binatang kecil atau serangga yang sepertinya merayap menapaki tenda atau rumput sebelah kami, bahkan rasanya saya melihat tikus gunung. Tapi ya kami harus tetap tidur dan pukul lima subuh kami sudah siap menyambut sunrise, dan inilah dia ketika sang bintang besar itu muncul di Negeri di Atas Awan.

Sunrise Puncak Lawu, 3265 m dpl - 09 September 2013
Saya betah berlama-lama memandangi langit biru subuhnya yang memudar menjadi kekuningan, menggenggam teh hangat ditangan karena udara memang sangat dingin, nafas pun tertahan sesekali mengagumi indanya pemadangan dihadapan, sungguh menakjubkan! Subhanallah!

Di jalur pulang, kami ambil rute Cemoro Kandang karena rasanya cocok untuk kaki agar sedikit lebih santai dengan banyaknya jalan yang lebih datar. Jalur ini relatif lebih sempit, dimana kanan kiri sudah langsung jurang dan sebagian besar kontur adalah tanah. Tapi memang lebih landai dan lebih jauh sehingga kami coba untuk tidak terlalu banyak istirahat.
Negeri di atas awan, siapa yang pernah? Saya!!
Gn. Sumbing dan Gn. Sundoro di kejauhan. Pemandangan dari jalur Cemoro Kandang tak kalah hebat.

Akhirnya, hampir jam 3 sore ketika kami sampai dan beristirahat di salah satu warung di jalan raya depan pos Cemoro Kandang. Rasanya lega bisa menyelesaikan trek Cemoro Kandang dan juga puas menikmati Lawu di 3 hari belakangan ini. Kami lanjutkan segera perjalanan menuju Tawangmangu dan Solo untuk kembali ke Jakarta. Kereta kami, KA Matarmaja akan siap mengantarkan kami jam setengah sebelas malam nanti. Jadi sebetulnya kami punya banyak waktu yang akhirnya kami habiskan di terminal Solo dan di dalam stasiun Solo Jebres sambil melihat kembali foto-foto narsis kami. Lawu, ternyata saya bisa!

Masuk ke Matarmaja yang tentu juga sudah ber-AC, mata saya dihadapkan pemandangan carrier-carrier besar, tas ala pendaki, sampai matras di atas kabin gerbong serta penumpang yang sebagian tertidur lelah tapi puas. Cukup terkejut dan penasaran rasanya. Dari Bromo kah mereka? Ah tapi saya juga sudah pernah. Atau mungkin Semeru? Hmm...saya rasa Semeru! Ya! Mungkin suatu saat saya juga bisa kesana!

Jelajahan sebelumnya Sunrise Puncak Lawu : Cemoro Sewu


6 comments: