Suatu Minggu niat ingin
keluar rumah untuk sekedar jalan-jalan, kaki saya menuntun arah ke selatan
Jakarta menuju Bogor. Mungkin saya rindu juga akan kota hujan itu, tempat saya
selama 5 tahun mengarungi kerasnya kuliah (Ahaha... lama!). Tapi tidak hanya mentok di Bogor, sebetulnya saya punya
niat yang sempat tertunda, yaitu menikmati kereta baru menuju Sukabumi yang
berangkat dari Bogor.
St. Bogor (wuisshh!) |
Waktu itu, sebelum jam 10
pagi KRL saya sudah sampai di stasiun Bogor. Juga kaget melihat stasiun ini semakin luas dan ramai. Perjalananan diteruskan dengan berjalan
kaki menuju stasiun Paledang yang jaraknya hanya beberapa ratus meter saja. Kereta
menuju Sukabumi memang bukan berangkat dari stasiun Bogor.
Stasiun Paledang yang baru dibangun ini terlihat cukup rapih dan bersih hanya tempat membeli karcis dan juga peron tempat menunggu terbilang kecil. Kala itu tulisan tangan diatas kertas yang ditempel dikaca loket karcis mengecawakan saya (meski sebetulnya saya tidak terlalu terkejut). Tiket habis. Antusias masyarakat sudah pasti besar terhadap KA Pangrango yang beroperasi sejak November 2013 ini, karuan saya tak kebagian tiket di akhir pekan itu. Dengan tiket yang terjangkau berkisar 15-50 ribu plus pemandangan yang sudah pasti indah, siapa yang menolak ketimbang menggunakan bus atau colt yang ngetem lama. Petugas tiket bilang memang biasanya tiket di akhir pekan sudah pasti habis. Belakangan saya tahu dari Ibu penunggu toliet hari-hari yang sepi hanya Selasa-Rabu. Akhirnya rencana Sukabumi pun harus tertunda lagi.
Stasiun Paledang yang baru dibangun ini terlihat cukup rapih dan bersih hanya tempat membeli karcis dan juga peron tempat menunggu terbilang kecil. Kala itu tulisan tangan diatas kertas yang ditempel dikaca loket karcis mengecawakan saya (meski sebetulnya saya tidak terlalu terkejut). Tiket habis. Antusias masyarakat sudah pasti besar terhadap KA Pangrango yang beroperasi sejak November 2013 ini, karuan saya tak kebagian tiket di akhir pekan itu. Dengan tiket yang terjangkau berkisar 15-50 ribu plus pemandangan yang sudah pasti indah, siapa yang menolak ketimbang menggunakan bus atau colt yang ngetem lama. Petugas tiket bilang memang biasanya tiket di akhir pekan sudah pasti habis. Belakangan saya tahu dari Ibu penunggu toliet hari-hari yang sepi hanya Selasa-Rabu. Akhirnya rencana Sukabumi pun harus tertunda lagi.
Belajar dari pengalaman, selang
2 bulan setelahnya, saya memutusukan untuk membeli tiket dulu via online tiga
hari sebelumnya (Haha! Kenape gak dari
dulu). Oia, harganya sudah naik berkisar di 20-50 ribu. Rencananya saya
hanya akan trip seharian, jadi saya ambil keberangkatan dari Bogor paling pagi
(07.35 WIB) dan kembali di jadwal terakhir (15:20 WIB). Memang tidak banyak
jadwal perjalanan KA Pangrango ini, mungkin mengingat jalur relnya juga yang
bukan ganda.
Jalan sedikit ke belakang KFC St.Bogor, disanalah Paledang! |
Pagi itu Paledang sudah
dipenuhi bukan hanya oleh calon penumpang yang siap naik kereta pertama menuju
Sukabumi, tapi juga dipenuhi penumpang yang baru tiba dari Sukabumi, jadilah
stasiun imut itu penuh sesak seketika. Ditambah pedagang nasi dan jajanan untuk
siapa pun yang belum sarapan serta hilir mudik orang dari rumah-toilet dadakan.
Yup, beberapa rumah kosong memang digunakan untuk toilet umum serta tempat sholat,
plus jualan aneka makanan di halamannya. Sangat membantu dan ramai pastinya (pipisnya antre euy!)
Tepat waktu KA Pangrango
memulai rencana 2 jam perjalanannya. Apakah terdengar cukup lama dua jam menuju
Sukabumi dengan kereta? Atau hanya perasaan saya saja? Kereta api diesel ini
segera melaju meninggalkan Paledang dan bertolak menuju stasiun-stasiun
berikutnya seperti Batu Tulis, Cigombong, Cibadak dan seterusnya. Selama
perjalanan memang kecepatan Pangrango jauh dari ngebut, mungkin karena jalurnya menanjak efek dari
apitan Gunung Salak dan juga Gunung Gede-Pangrango. Dua gunung indah itu terutama
Gunung Gede dan Gunung Pangrango jadi pemandangan utama yang disajikan dibalik
jendela kereta, ditambah hutan hijau dan sawah-sawah cantik yang diselingi sungai
berbatu besar yang bisa dijamin pastilah jernih. Sungguh indah! Jadi mungkin
walaupun waktu perjalanan bukan termasuk kategori cepat (bagi saya) tapi
pemandangan yang kita dapat seakan menyerukan untuk menambah durasi waktu
perjalanan menuju Sukabumi.
Sedikit mengintip Gunung Gede-Pangrango |
Stasiun-stasiun yang kami
singgahi pun meninggalkan kesan yang lain, saya benar-benar seperti merasakan
sensasi naik kereta jauh di masa lalu (hehe). Stasiun tersebut hanya memiliki
satu bangunan memanjang, bercat putih kusam dilengkapi dua atau tiga lajur rel
saja, jauh dari teknologi sinyal berlampu ala KRL Jakarta, penunjuk di
stasiun-stasiun ini hanya lah plang besi berkepala bundar diatas sebuah tiang
tinggi yang bergerak turun naik menandakan apakah kereta sudah bisa bergerak
atau belum. Saya suka suasana-suasana ‘lama’ seperti ini. Dan diantara
stasiun-stasiun tersebut yang dijumpai hanya hutan, sawah dan gunung biru
dikejauhan. Sore harinya sepulang dari Sukabumi, hujan mengiringi perjalanan
pulang KA Pangrango yang membuat semua pemandangan itu semakin menakjubkan, Ah
indah!
Stasiun-stasiun ini digunakan kembali setelah setahun vakum |
No comments:
Post a Comment