Friday, 7 February 2014

Menilik Gede-Pangrango dari KA Pangrango



Suatu Minggu niat ingin keluar rumah untuk sekedar jalan-jalan, kaki saya menuntun arah ke selatan Jakarta menuju Bogor. Mungkin saya rindu juga akan kota hujan itu, tempat saya selama 5 tahun mengarungi kerasnya kuliah (Ahaha... lama!). Tapi tidak hanya mentok di Bogor, sebetulnya saya punya niat yang sempat tertunda, yaitu menikmati kereta baru menuju Sukabumi yang berangkat dari Bogor.

St. Bogor (wuisshh!)
Waktu itu, sebelum jam 10 pagi KRL saya sudah sampai di stasiun Bogor. Juga kaget melihat stasiun ini semakin luas dan ramai. Perjalananan diteruskan dengan berjalan kaki menuju stasiun Paledang yang jaraknya hanya beberapa ratus meter saja. Kereta menuju Sukabumi memang bukan berangkat dari stasiun Bogor. 

Stasiun Paledang yang baru dibangun ini terlihat cukup rapih dan bersih hanya tempat membeli karcis dan juga peron tempat menunggu terbilang kecil. Kala itu tulisan tangan diatas kertas yang ditempel dikaca loket karcis mengecawakan saya (meski sebetulnya saya tidak terlalu terkejut). Tiket habis. Antusias masyarakat sudah pasti besar terhadap KA Pangrango yang beroperasi sejak November 2013  ini, karuan saya tak kebagian tiket di akhir pekan itu. Dengan tiket yang terjangkau berkisar 15-50 ribu plus pemandangan yang sudah pasti indah, siapa yang menolak ketimbang menggunakan bus atau colt yang ngetem lama. Petugas tiket bilang memang biasanya tiket di akhir pekan sudah pasti habis. Belakangan saya tahu dari Ibu penunggu toliet hari-hari yang sepi hanya Selasa-Rabu. Akhirnya rencana Sukabumi pun harus tertunda lagi.

Belajar dari pengalaman, selang 2 bulan setelahnya, saya memutusukan untuk membeli tiket dulu via online tiga hari sebelumnya (Haha! Kenape gak dari dulu). Oia, harganya sudah naik berkisar di 20-50 ribu. Rencananya saya hanya akan trip seharian, jadi saya ambil keberangkatan dari Bogor paling pagi (07.35 WIB) dan kembali di jadwal terakhir (15:20 WIB). Memang tidak banyak jadwal perjalanan KA Pangrango ini, mungkin mengingat jalur relnya juga yang bukan ganda.

Jalan sedikit ke belakang KFC St.Bogor, disanalah Paledang!
Pagi itu Paledang sudah dipenuhi bukan hanya oleh calon penumpang yang siap naik kereta pertama menuju Sukabumi, tapi juga dipenuhi penumpang yang baru tiba dari Sukabumi, jadilah stasiun imut itu penuh sesak seketika. Ditambah pedagang nasi dan jajanan untuk siapa pun yang belum sarapan serta hilir mudik orang dari rumah-toilet dadakan. Yup, beberapa rumah kosong memang digunakan untuk toilet umum serta tempat sholat, plus jualan aneka makanan di halamannya. Sangat membantu dan ramai pastinya (pipisnya antre euy!)

Tepat waktu KA Pangrango memulai rencana 2 jam perjalanannya. Apakah terdengar cukup lama dua jam menuju Sukabumi dengan kereta? Atau hanya perasaan saya saja? Kereta api diesel ini segera melaju meninggalkan Paledang dan bertolak menuju stasiun-stasiun berikutnya seperti Batu Tulis, Cigombong, Cibadak dan seterusnya. Selama perjalanan memang kecepatan Pangrango jauh dari ngebut, mungkin karena jalurnya menanjak efek dari apitan Gunung Salak dan juga Gunung Gede-Pangrango. Dua gunung indah itu terutama Gunung Gede dan Gunung Pangrango jadi pemandangan utama yang disajikan dibalik jendela kereta, ditambah hutan hijau dan sawah-sawah cantik yang diselingi sungai berbatu besar yang bisa dijamin pastilah jernih. Sungguh indah! Jadi mungkin walaupun waktu perjalanan bukan termasuk kategori cepat (bagi saya) tapi pemandangan yang kita dapat seakan menyerukan untuk menambah durasi waktu perjalanan menuju Sukabumi.


Sedikit mengintip Gunung Gede-Pangrango
Stasiun-stasiun yang kami singgahi pun meninggalkan kesan yang lain, saya benar-benar seperti merasakan sensasi naik kereta jauh di masa lalu (hehe). Stasiun tersebut hanya memiliki satu bangunan memanjang, bercat putih kusam dilengkapi dua atau tiga lajur rel saja, jauh dari teknologi sinyal berlampu ala KRL Jakarta, penunjuk di stasiun-stasiun ini hanya lah plang besi berkepala bundar diatas sebuah tiang tinggi yang bergerak turun naik menandakan apakah kereta sudah bisa bergerak atau belum. Saya suka suasana-suasana ‘lama’ seperti ini. Dan diantara stasiun-stasiun tersebut yang dijumpai hanya hutan, sawah dan gunung biru dikejauhan. Sore harinya sepulang dari Sukabumi, hujan mengiringi perjalanan pulang KA Pangrango yang membuat semua pemandangan itu semakin menakjubkan, Ah indah!

Stasiun-stasiun ini digunakan kembali setelah setahun vakum


No comments:

Post a Comment