|
Si Melly.... |
Trip ke Lampung diakhiri
dengan pemandangan luar biasa dari alam Way Kambas. Kami tidak menyalahkan
komentar teman-teman yang tidak begitu yakin akan lancarnya perjalanan menuju
Way Kambas, karena memang tidak mudah, tidak murah, sampai harus disantronin
polisi (baca
Menuju Way Kambas – day 3) tapi tidak terlalu mahal karena
memang itulah satu-satunya jalan bagi dua orang traveler ini, jadi istilahnya
mah sepadan
lah dengan apa
yang akan kita nikmati disana, yang penting tetap yakin pasti sampai!
Taman Nasional Way Kambas
(TNWK) menyambut kami dengan gerbang pertamanya, Plang Ijo. Angkutan kesana ya
ojek karena memang hanya ada ojek dan ini ojek yang bisa dipesan untuk jemput
ketika hendak pulang nanti. Plang Ijo bisa dicapai dalam waktu 15 menit dan sekali
lagi jalannya rusak dan becek. Lepas dari Plang Ijo kita tidak akan lagi
menemukan perumahan penduduk, mulai dari sini hanya akan ada hutan, jalanan berbatu,
hening sekali! terkadang hanya kicauan burung yang jadi pengiring selama 10
menit perjalanan menuju pintu gerbang Pusat Pelatihan Gajah (PLG).
Selain hutan yang lebat,
saya juga melihat taman nasional ini berbatasan dengan perkebunan warga yang
dipasangi parit cukup dalam diperbatasannya. Memang, dari yang saya dengar
banyak gajah liar yang kehabisan makanan di hutan biasanya akan memasuki
perkebunan warga untuk mencari makan, yang akhirnya merusak perkebunan itu
sendiri sehingga menakuti warga. Maka dibuatlah parit-parit yang cukup dalam
untuk menahan si gajah. Kasian juga yah membayangkan gajah liar yang kelaparan
ini, karena ada lebih banyak gajah liar (200-an) dibandingkan gajah latih (60-an)
di areal TNWK yang total mencapai 125ribu hektar ini. Semoga saja kebakaran
hutan apalagi yang disengaja tidak banyak terjadi supaya makanan mereka pun
selalu tersedia.
|
Ramai.. seperti layaknya taman margasatwa, disini juga ada tracking naik gajah mengitari taman
|
Pagi-pagi sudah memasuki
PLG memang banyak manfaatnya, udaranya masih segar, beberapa pedagang baru saja
menyiapkan dagangannya begitu pun petugas TNWK yang juga baru berdatangan. Saya
sendiri sibuk foto-foto sekitar lalu masuk ke pusat informasi gajah yang didalamnya
-melalui poster bergambar- diterangkan banyak hal mulai dari bagaimana
menangkap gajah liar dan melatihnya, patroli gajah kalau ada kebakaran hutan, Well Rescued atau penyelamatan kalau ada
gajah yang masuk ke sumur-sumur sampai informasi untuk masyarakat yang rumahnya
berbatasan dengan TNWK terkait bila ada gajah masuk kebun. Informatif sekali.
|
satu pawang itu satu gajah, tapi juga dibuat grup setiap ada 5 pawang |
Asik yang lain, kalau datang
pagi-pagi kita bisa lihat gajah-gajah dimandikan. Mereka akan dikeluarkan dari kandang
baik satu persatu ataupun gerombolan untuk kemudian digiring menuju kolam
besar. Oia satu gajah ya satu pawang. Adalah Melly, gajah perempuan yang
agresif plus bandel, pawangnya sampai kadang harus teriak-teriak galak supaya
Melly gak banyak bertingkah di kolam dan mau mandi. Gajah-gajah ini ternyata
dilatih ada yang pakai bahasa Jawa sampai Thailand loh! Si Melly termasuk
diajarkan bahasa Thailand. Lucunya ketika gerombolan gajah perempuan lain masuk
kolam Melly akan mendekati mereka seperti mengajak bermain yang hanya akan
membuat pawangnya tambah marah-marah hehe (biarin lah Pak,
geng time!)
|
walau kenyang gajah akan selalu nyabet rumput |
Tujuan kami ingin
mendatangi Way Kambas tidak bukan adalah untuk melihat gajah-gajah ini hidup di
alam aslinya, alam terbuka, alam liar! Memang, saya tidak pernah terlalu tertarik
melihat binatang-binatang terkurung, pernah pertama kali diajak nonton atraksi
lumba-lumba di Ancol, yang ada malah sedih apalagi dengar cerita kalau mereka
sudah sering stress di kolam-kolam buatan itu. Jadi, saat ini berada di Way
Kambas menjadi satu kebahagiaan saya yang tidak ternilai, melihat gajah-gajah
Lampung di habitat aslinya, melihat hamparan padang rumput hijau yang luas,
hutan-hutan jadi pagar di kejauhan, kontur padang rumput yang berbukit dan
sesekali terlihat rawa sangat menyegarkan mata dan hati. Gajah-gajah liar di
sisi terluar Way Kambas pun saya rasa akan merasa senang karena bisa hidup
bebas di alam.
Nah, kalau bisa naik
gajah di Way Kambas itu jadi tujuan tambahan aja, karena harus sesuai bujet
juga. Tapi tenang saja seperti halnya di kebun binatang lainnya, kita bisa naik
gajah dan treking di jalur yang sudah disediakan di taman dengan hanya membayar
10 ribu rupiah. Mau yang lebih wah, naik lah gajah dan treking di padang rumput
bahkan di hutan! Seperti yang saya dan teman saya lakukan. Biayanya 75 ribu
(udah dibujet kok hehe) selama satu jam bolak-balik. Sensasinya asyik, ini
pertama kali saya naik gajah loh. Walau berasa mau jatuh, tapi meyusuri padang
rumput dan rawa, turun naik bukit itu menyenangkan. Sesekali juga bisa berhenti
untuk foto-foto. Tapi memang yang tak terlupakan ya menikmati pemandangan bersama
si gajah plus bapak pawang yang siap menceritakan perihal gajah dan Taman
Nasional Way Kambas. Jadi kangen sama Helie dan Kartijah, nama dua gajah yang
kami naiki kemarin. Kapan bisa kesana lagi ya? Semoga mereka sehat selalu
J
|
Salam semangat jalan-jalan!! |
Sebelumnya...
Menuju Way Kambas (day1)
ajaaaaaaaaaaaaakk ayah ajak ayah ajak ayahh :D hhaha
ReplyDeleteiyah iyah iyah...
DeleteKayaknya belum ada tempat konservasi gajah yang seluas way kambas ini ya..
ReplyDeleteiyah kayaknya kalau di Indonesia,, afrika lain cerita ya :)
DeleteEh..Afrika..hmm..*lalu kemudian ngebayangin..
Deletemantabs cuy ceritanya
ReplyDeletenext time trip kita ke negeri malin kundang ya cuy
he,,he,,he
hahaha sumatera mah spesialis ente ni kayaknya ko
Deleteasik gan. harusnya kalian coba wisata pantai di lampung, jangan lupa ke liwa sama danau ranau juga, recomended banget tuh.
ReplyDeletemakasih,
Deleteiya wisata pantainya terutama Liwa yang di lampung bagian barat memang buat penasaran.. semoga nanti bisa kesana.
Wah sangat menarik. Mas minta info penginapan yang murah di TNWK dong.
ReplyDeleteSetahu saya jarang sekali penginapan disana, kalau mau langsung di TNWK saja ada semacam wisma yang disewakan, coba hubungi salah satu ranger Pak Slamet (0852-0835-0467). Boleh info lagi ya kalau berhasil menginap disana.
DeleteTerimakasih. Selamat menjelajah.
Oke makasih mas. Rencananya saya berangkat besok.
DeleteMas nomer pak Slamet tak bisa dihubungi hehe. Ohiya dari pasar Tridatu naik ojeg lagi kan, jaraknya ke TNWK berapa? dan bayar ojegnya berapa?
DeleteRasanya 15 ribu sekali jalan, terasa sangat jauh sih karena sepi hehe persis di pertigaan Tridatu menuju Plang Ijo ada toko listrik, penjualnya Pak Fadil coba saja tanya-tanya beliau siapa tahu bisa bantu, dulu saya pun dibantunya. Sukses!!
DeleteAahhhh,pinginnn aku yg orang lampung aja blm pernah ksn jee.. Kalau ke lampug lagi ajak2 pleasee, ngga mungkin bisa ngandelin ortu pasti mereka ngga mau.. Ayokkk ke kruiii! Kalo ngga salah itu pantainya ombaknya terbaik ke 4 untuk surfing di dunia
ReplyDeleteWaah ngak bisa surfing hehe... tapi Krui memang menarik.
DeleteTerima kasih sudah berkunjung.
bagus banget tulisannya mas yudha ini tentang way kambas, saya kebetulan ada rencana kesana kalo boleh minta cost trip dari bakauheni ke TNWKnya mas hehe..
ReplyDeleteTerima kasih sudah baca, dari Bakauheni rasanya ada langung travel yang ke way jepara tapi gak tahu bajetnya karena saya gak lewat rute itu, nanti dari way jepara naik ojek saja ke pasar tridatu.
DeleteSekitar 40ribuan ongkos travel dari bakauheni mas,mba..
ReplyDeleteThanks Mas Tri infonya...
DeleteAjiib infonya, sy salah satu orang kelahiran Lampung besar di Jakarta yg blm prnh ke way kambas, tragic...
ReplyDeletehehe wah pas pulang kampung sempetin mas, bagus kok!
Delete