Liburan masih tersisa dua
hari, wisata pantai yang katanya bagus di Lampung menjadi kandidat kuat di
obrolan kami sepanjang hari, sesekali menyelipkan alternatif lain, dan
kesanalah akhirnya kami, Way Kambas!! Perjalanan menuju Way Kambas menjadi
perjalanan untuk mengingat kembali arti keyakinan. Ketika semua teman yang kami
tanya tidak tahu, bahkan tidak merekomendasikan Way Kambas sebagai salah satu
tujuan yang ‘nyaman’ karena akses yang sulit, tapi alam Way Kambas yang sudah
tergambarkan indah plus ingat salah satu iklan rokok mengalahkan semuanya.
Nekat, kami berangkat berbekal pengalaman backpacker beberapa orang di internet
dan (sekali lagi) Keyakinan!!
Pagi-pagi sekali kami
rencanakan bergerak dari Tulang Bawang untuk menuju Way Kambas mengingat
jaraknya yang jauh, tapi nyatanya, oleh-oleh pisang cokelat cukup menggoda kami
untuk kemudian membuat rencana Way Kambas jadi ‘jam karet’ hehe. Apalagi ketemu
pabrik pisang coklatnya langsung kawann, murahh!!! Oia, menuju Way Kambas dari
Bakauheni memang akan lebih mudah, tinggal naik travel yang mengarah ke Way
Jepara. Lain cerita kalau dari Tulang Bawang.
Sehari lagi ketemu gajah! |
Sekitar jam 10 pagi setelah
‘belanja’ kami diantarkan menuju bus jurusan Rajabasa, tipe bus yang sama yang
kemarin kami tumpangi ketika menuju Tulang Bawang. Dari bekal lihat peta sih kalau mau menuju Way Kambas kita
bisa lewat Metro. Jadi di daerah bernama Gotong Royong saya minta diturunkan
Pak supir, itu salah satu akses menuju Metro.
Sebelum jam 12 siang,
kami sudah sampai di perempatan Gotong Royong. Satu-satunya angkutan dari sini
menuju Metro adalah carry kecil biru,
dengan dus-dus bertumpuk diatasnya, duduk ala 4-6-2 yang sempit, entah karena
mobilnya lebih kecil atau tas-tas penumpangnya yang gede-gede ditambah ngetem
yang lama karena tunggu penuh, beruntung kami duduk di “2” jadi seyogyanya ketika
“2” terisi penuh sudah tentu angkot pun jalan. Yippi!
Metro, “kota di tengah
sawah” kalau kata salah satu teman, mungkin bukan arti sebenarnya (atau memang dia
pernah kelilingin metro ya?) yang pasti saya melihat sawah yang indah sekali,
hijau dan luas ala terasering lengkap dengan petaninya yang sedang nanamin
padi, kayak lukisan. Maunya sih difoto tapi ribet, karena satu-satunya yang gak
indah di perjalanan ini ya jalanannya, ampun! Rusak, sebagian rusak parah, tak
beraspal hanya bebatuan dengan jalan yang kecil terkadang becek, dari satu jam
perjalanannya, rasanya 40 menit jalannya selalu seperti ini.
santai nungguin Damri! |
Terminal Metro jadi
pemberhentian terakhir angkot biru ini dan seperti biasa, calo dan ojek jadi
pihak yang paling sering gangguin kami di tiga hari belakangan ini. Dan jurus
saya keluar lagi, ngeles mau makan hehe sudah jam 12 pula jadi memang waktunya
isi tenaga. Dari Metro, satu-satunya angkutan murah menuju Way Kambas adalah
dengan bus 3/4 Damri yang menuju Way Jepara yang hanya ada di jam 8 pagi, 4
sore dan 5 sore. Untungnya jam setengah dua siang saya sudah nongkrong di pool
Damri (kesananya naik becak loh) demi gak ketinggalan dua bus terakhir.
Jam 4 berlalu, kami gak
berhasil naik bus kedua. Itu bus penuhnya masyaallah, kayak pepes. Setujulah
sama apa yang saya baca tentang Damri ini di internet. Ada sekitar 11 orang
yang gak berhasil diangkut bus kedua. Setengah 5 sore gerimis turun, gak lama
disusul hujan. Kami pun sibuk cari tempat berteduh, oia apalagi saya bawa
keripik-pisang-coklat-murah-sedus yang dikit-dikit bikin nyesel karena bikin
ribet, tapi gak boleh nyesel! Harus bisa bawa! Dan hujan pun benar-benar gak
kompromi, bukan cuma hujan-lewat tapi nongkrong-lama.
Ada satu kelompok
campuran bule-pribumi yang juga mau menuju Way Jepara, mereka mau ke Way Kambas
juga tapi menginap dulu di tempat temannya, nah penginapan kami? Berkat
internet kami sudah mengantongi satu kamar murah di taman nasional, sudah
hubungi petugasnya juga, sipp lah! Singkat cerita kelompok ini rasanya sudah
pesimis gak akan kebagian di bus ketiga, plus hujan jadi resah kali ya,
keluarlah inisiatif mereka mulai dari stop mobil di pinggir jalan pakai karton
bertuliskan “Way Jepara” (ide si bule ini pasti) sampai nyetop angkot yang
ternyata cuma 6 orang yang mau gabung, kelompok mereka, saya dan teman saya.
Gagal juga karena terlalu mahal.
Tridatu di pagi hari... salah satu jalur Lintas Timur juga |
Jam 5 lewat bus ketiga
datang dan syukurlah tidak terlalu penuh, kami semua pun bisa masuk, yang gak
masuk waktu itu justru keneknya, dia ketinggalan! Hehe mungkin entah karena
hujan supirnya gak lihat atau karena bus yang memang berubah padat jadi gak
muat hehe. Dua jam lebih perjalanan saya sampai di pasar Tridatu, pintu masuk
menuju Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dari sana masih harus naik ojek. Tapi karena
masih hujan deras serta sudah cukup gelap dan juga atas saran penjaga toko di
pasar kami memutuskan untuk tidur di Masjid di dalam pasar. Sang petugas TNWK
yang kami hubungi sebelumnya pun setuju dengan meyakinkan bahwa di Taman
Nasional pun hujan tak kunjung reda. Pukul 9 malam, saya menuju masjid diantar
bapak penjaga toko, sempat minta izin juga sama bapak yang rumahnya dipinggir
masjid. Kami pun merasa cukup tenang untuk melanjutkan istirahat kami didalam
masjid sampai sekitar 10 menit sejak kami istirahat, 5 orang bapak-bapak
tampang serius datang, Polisi!!!
Polisi datang mungkin
atas dasar laporan satpam yang memang sempat lihat kami makan malam di masjid.
Kami diminta mengeluarkan isi tas, jawab semua yang ditanya bak tersangka
teroris, dinasehati kalau bisa hubungi RT nya dulu (waduh! Yang mana? Udah
malem bukan?). Tapi mungkin wajar mengingat saat ini memang dekat dengan Natal
dan Tahun Baru jadi mereka mengetatkan patroli. Sepuluh menit yang kurang
mengenakan berlalu dan akhirnya diizinkan menginap di masjid, saya pun bisa
tidur tenang sambil sesekali tertawa mengingat kejadian lucu yang baru saja
kami alami. Kami harus tidur cukup lama, karena harus bersiap untuk esok hari, untuk
menikmati apa yang sudah kami usahakan sejauh ini.
Wow..ada-ada aja ya yang dihadapi sebelum nyampe destinasi..Setiap tulisan wisata ternyata memang punya catatan perjalanan yang lumayan kompleks untuk diceritakan..
ReplyDeleteiyah...malah mungkin terkadang lebih seru 'ada-ada' nya itu ketimbang destinasinya...krn gak terduga hehe
ReplyDeleteBisa minta no telpon penginapan di way kambasnya enggak mas.
ReplyDeleteKarna ada rencana mau kesana
Coba hubungi Pak Slamet salah satu ranger di TNWK (0852-0835-0467) beliau insyallah bisa membantu.
Deleteselamat menjelajah :)
Wah keren-keren, apalagi part kernet ketinggalan :D. InsyaAllah oktober ini akan sampai di Wayksmbas.
ReplyDeleteTerima kasih..
Deletewaah semoga lancar tripnya.