|
Salah satu pendopo di Ubud Palace |
Di belahan selatan Bali,
saya menemukan seni dan keindahan yang tak kalah cantik dengan daerah lainnya.
Pantai-pantai mempesona yang sebagian besar belum terlalu ramai, tebing-tebing
tinggi dengan pemandangan samudra biru luas, tarian kolosal sampai seni ukir
yang indah serta nikmatnya bersantap masakan laut saat senja. Dan semua itu
bisa didapatkan dalam satu hari. Yup, Pulau Dewata ini seakan tak ada habisnya.
Ubud, tempat saya
sebelumnya menghabiskan waktu memang menyisakan pengalaman haru, menyenangkan
bahkan terkadang magis. Saya menemukan Bali dengan semua budaya luhur dan alam
asrinya disana. (
Sebelumnya Bali : Unforgettable Ubud) Perjalanan menuju Uluwatu di selatan Bali pun turut menyisakan
harapan untuk bisa menemukan keindahan lainnya, wajah Bali yang lain. Kendaraan
kami melaju cepat menelusuri By Pass Ngurah Rai, jalan raya besar yang hampir
membuat kami tersesat masuk ke jalan tol baru diatas laut itu (tapi mau juga
sih coba hehe). Setelah berkendara hampir empat puluh menit dari Kuta, melewati
Bandara Ngurah Rai serta kampus Udayana kami mampir di kawasan Taman Budaya GWK
atau Garuda Wisnu Kencana. Sebuah taman cantik di areal luas yang direncanakan
akan dibuat
landmark Bali berupa patung Dewa Wisnu raksasa yang menunggangi Garuda.
|
Kebayang ya gimana dua patung ini kalo bersatu. Guede Banget!!! |
|
Nanti kaya gini jadinya |
Di GWK, kita akan
menemukan patung dewa Wisnu di plaza Wisnu dan patung Garuda di plaza yang lain
yang masih terpisah. Memang sangat besar dan pasti akan megah sekali ketika
nanti patung tersebut dibentuk utuh satu kesatuan. Sekarang saja pun sudah
membuat saya terpesona (aiihh). Di GWK ini juga ada teater pertunjukan untuk
menonton tari di jam-jam tertentu setiap harinya sampai labirin dari tebing
cantik yang eksotis sekali di kawasan plaza Garuda. Sejak awal datang saya puas
nonton tari, foto-foto, jalan-jalan dari satu plaza ke plaza yang lain, ke
lotus pond sampai foto narsis di
pinggir tebing-tebing kapur itu. Tari kecak pun ternyata dipertontonkan di GWK
menjelang malam, tapi saya tidak menetap lama karena masih harus memburu
destinasi selanjutnya.
Kami ingin menikmati
pantai selatan Bali yang katanya tersembunyi dan cantik-cantik. Sebut saja
pantai Balangan, pantai Padang-padang dan pantai Dreamland yang jadi surganya
peselancar dunia plus ditambah pemandangan tebing cantik di sekitar pantai. Tak
sabar, berbekal perut kenyang hasil ngantri
di restoran cepat saji yang terkenal seantero dunia (cari yang aman dan
cepat saja haha) kami segera menuju kawasan Pecatu. Orang bilang jalannya
ribet, kecil, susah lah. GPS bawaan telepon genggam pun jadi panduan arah kami.
Jalanan kecil yang banyak dimaksud orang pun mulai kami jajali lalu jalanan mulai
berpasir tanda dekat dengan kawasan pantai, kemudian laut biru nampak dikejauhan
(sampai bau laut pun rasanya tercium hehe) tapi kemudian kami mulai masuk ke
kawasan sepi, lalu rumah warga, jalanan rusak, berbatu, laut masih tetap tampak
jauh hanya terlihat birunya saja, dan tak ada pantai.
Kami berhenti, Fiuhh! kami tersesaaat (hehe) dan ini
bukan yang pertama memang. Dialog singkat sampai debat terjadi, akhirnya bye-bye pantai karena kami harus ke
Uluwatu. Tiket yang sudah saya pesan untuk pertunjukan tari Kecak di Pura
Uluwatu tidak boleh terlewat. Belum kalo tersesat lagi, jadi jam 4 sore kami
sudah langsung menuju Uluwatu. Mungkin belum jodoh sama si Dreamland. But let us see the beautiful GWK first (hehe)
|
Pertunjukan tari di Amphiteather. Menarik :) beberapa kali dipertunjukan sehari |
|
Ini dia si tebing batu-batu kapur. Kita bisa menelusuri lorongnya yang seperti labirin |
|
Narsis lah.. udah pake barong gitu loh :) Ada Garuda dan Wisnu jg. Lengkap!! |
Mujur jalanan mulus serta
ramai kendaraan menuju Uluwatu (yang menandakan kami di jalan yang benar hehe).
Tidak sampai satu jam saya sampai di pelataran parkir Kawasan Pura Uluwatu. Dan
ada monyet-monyet lagi!! Aduuh!! Saya melipir ke loket pura, ternyata harus
bayar lagi sekitar dua puluhribuan dan ini diluar tiket kecak saya. Oia, beli
tiket kecaknya online saja karena lebih murah dibandingkan beli ditempat. Lalu
kita akan diberi selendang untuk menuju Pura (ssstt saya sengaja pakai celana
pendek biar dikasih kain. Suka lah pake kain begini, ala-ala
Bli gitu hahay). Dan saya pun mulai
berjalan kaki bersama puluhan mungkin ratusan wisatawan (yang sebagian besar
bule) menapaki rute menuju Pura.
Ketika lautan mulai terlihat, pemandangannya
luar biasa indah. Kita akan berada di sisi tebing tinggi dengan pemandangan
samudra luas. Dan nampak Pura diujung tebing yang lain. Tebing ini aman karena
dikelilingi pagar, saya pun begitu bebas menikmati lautan sejauh mata
memandang, menghirup udara segar, melepaskan penat sambil terkagum akan
keindahannya. Pura Uluwatu sendiri awalnya adalah tempat memuja seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan karena ajaran-ajarannya serta pendeta Dang Hyang Nirartha yang mengakhiri perjalan sucinya dengan apa yang disebut Moksah atau Ngeluhur di tempat ini, itu juga yang menjadi asal nama Uluwatu.
|
So beautiful right? Pura ini dipercaya sebagai penyangga dari 9 mata angin |
|
Pura Uluwatu adalah tempat terbaik nonton Kecak :) |
Setelah puas berkeliling
pura, saat sore tiba saya segera menuju tempat pementasan tari Kecak Uluwatu
yang terkenal itu. Buat saya, menonton tari kecak disini adalah yang terbaik.
Di kawasan daerah tinggi (tebing), ditemani pemandangan lautan saat senja dan
tebing cantik lainnya dikejauhan. Lengkap rasanya. Diawali doa oleh seorang bapak
paruh baya, sesajian khas Bali tak luput dari tangannya, dimulailah kisah Rama
Sinta serta Rahwana yang melegenda itu, plus kehadiran Hanoman si Kera Putih
yang ditunggu-tunggu. Tak ayal banyak penonton terkesima oleh permainan api,
tertawa oleh tingkah Hanoman yang interaktif sampai terkagum dengan paduan indah
tari dan harmonisnya suara ‘cak-cak’ yang dibawakan puluhan pria. Ah, terasa
lagi ‘Bali banget’nya. Saya senang bisa sampai disini.
Malam tiba, saatnya saya
meninggalkan Uluwatu (oia, pas pulang ada ibu2 rebutan tasnya sama monyet di
kawasan pura itu hiii). Saya berkendara kembali menuju arah Kuta dan mampir di
Jimbaran. Kumpulan resto pinggir pantai sudah menunggu disana. Bagi siapa saja
yang ke Bali pasti tidak akan melewatkan Jimbaran ini. Tempat yang nyaman
pinggir pantai, ditemani lampu remang, pemandangan lampu bandara dan tinggal
landasnya pesawat dikejauhan, dan suara ombak yang tenang. Pasti santap makan
malamnya jadi lebih syahdu (ahay). Sempat tersesat juga sebenarnya kesini
(tetep ya). Alhasil, perut kenyang, jalan-jalan puas dan hati juga senang.
Jadi, siapa yang tak mau ke Bali?
|
Siapapun betah berlama-lama lah di Jimbaran. Oia ada pemusik keliling ke Meja loh |
|
Pantai Pecatu, 97 meter dibawah pura juga jadi tempat perlombaan selancar |
|
Percaya kan? Uluwatu jadi tempat terbaik nonton Kecak. Sunseett!!! :) |
aduhh suka seh pura itu...the most beautiful have been seen..+_0
ReplyDeleteYes.. Beautiful
DeletePlus nonton kecak dance di pura itu :)
thanks for info https://bit.ly/2ztkCt1
ReplyDelete