All aboard!! @KIA-Osaka |
Ketika asyik bersantai di
rumah saya tiba-tiba teringat kejadian-kejadian menyebalkan yang sebagian lucu
disetiap perjalanan saya dengan bus. “Pasti banyak hal menarik yang bisa saya
tuliskan untuk kenang-kenangan” batin saya ketika akhirnya saya buka laptop dan
mulai mengingat kembali semua perjalanan saya bersama The Big Wheel.
Saya rasa semua setuju,
di bus itu banyak hal yang bisa kita lihat, orang-orang yang tengah berbincang
bersama kawan, pembaca buku (agak jarang niy
hehe), tukang main Hp plus dengar musik (anak gaul atau esmud jatuhnya), yang
nyenyak tidur (ini paling banyak haha), yang sempetin makan (boleh gak boleh ni),
sosok pengamen (bus jarak jauh biasanya lebih jadul lagunya) sampai hal-hal
kriminal (hehe amit-amit dah!). Di
Indonesia sendiri bus jadi salah satu transportasi andalan masyarakat dibandingkan
kereta yang jalurnya tidak merata di seluruh negeri. Dan untuk dalam kota bus pun masih lebih banyak digunakan daripada
angkutan (angkot). Contohnya di Jogja dan Solo yang memang benar-benar mengandalkan
bus dan tidak ada angkot, sayangnya dikota-kota itu waktunya terbatas. Suatu
malam ketika saya di Jogja akhirnya saya naik becak dengan jarak sama yang
harusnya ditempuh bus (kasian bapak becak itu, jauhhh ya pak maaf!).
Bandung Express, jadi bus
pertama yang melekat betul diingatan saya sampai saya ingat semua
bentuk-bentuknya (haha). Bus inilah yang mengantarkan saya pulang kampung
ketika saya masih kecil, saya selalu ingat bagaimana bus hijau ini sangat
nyaman dan cepat menapaki jalanan berbukit dan jurang dalam (Cadas Pangeran euy!!) dari Bandung menuju Cirebon. Dan sekarang
saya pun selalu bertanya, apakah saya suka warna hijau gara-gara bus ini ya? (hehe)
Lalu, masih adakah bus ini sekarang? (anyone?)
Tak diragukan,
selanjutnya saya selalu suka dengan bus. Kendaraan dengan badan besar dan deru
mesin yang terdengar lantang seperti menobatkan ia sebagai raja dijalanan
(haha). Setidaknya itulah pikiran ketika saya kecil sampai-sampai ketika
melukis/menggambar pun saya suka menggambar bus besar dengan warna-warna cerah yang
sesekali tertulis nama bus favorit seperti Bandung Express atau Sahabat, dan
dengan latar belakang gunung biru dua puncak (tetep ya ! anak-anak hehe)
Perjalanan darat jarak
jauh dengan bus memang lebih menyita waktu tapi bukan berarti tak berkesan
(hihi). Saya mendapati banyak kembang
api di atas langit dikejauhan ketika bermalam tahun baru-an di perjalanan dari
Jogja menuju Jakarta, mungkin kalo saya naik sedan gak kelihatan itu kembang api (hehe). Saya kenal dan banyak tukar
pengalaman dengan seorang ibu baik yang menemai saya dalam bus Shantika dari
Jakarta menuju Solo sampai-sampai ditraktirnya saya makan (yeay! Haha). Bus Laju
Prima juga jadi teman saya ketika saya sedih meninggalkan lampung karena
teringat gajah-gajah di Way Kambas (huhu). Sampai sekarang saya masih ingat
versi lagu ‘angin malam’ ala pengamen di bus Doa Ibu dari Cibodas menuju
Jakarta sepulang saya naik gunung, karena itu jadi soundtrack indah yang pas
sekali (hayyah!).
Bonusnya kalau naik bus menuju Bandung @Tol Cipularang |
Tapi tak semua indah
memang.
Saya ingat bagaimana
supir bus nekat Karunia Bakti bak punya nyawa sembilan hanya memberikan
jarak tak lebih dari setengah meter dengan bus didepannya ketika melaju kencang
di tol menuju Papandayan (saya duduk depan masalahnyaa! Apes!!). Dan itu juga
sama nekatnya dengan supir bus Mandala yang mengantar saya dari Tasik
menuju Jombang (jalanan letter S mau
dibuat letter I mungkin sama supirnya,
hajar bae! Ngebut!). Bukan saya gak
pernah muntah pusing pas naik bus, tapi udah sering dulu waktu kecil sampai
akhirnya terobati dan kuat karena Bandung Express (cieeh). Duduk bebarengan
dalam bus dengan motor pernah? Saya pernah ketika bertolak dari Jakarta menuju
Dieng dengan Putri Jaya (muat bo! Ampun!!). Kalau urusan dalam kota Jakarta mah gak usah ditanya ya dari yang cukup
nyaman ala Transjakarta sampai mini bus ber-angka yang nerobos arah berlawanan
semua ada (haha Jakarta oh Jakarta).
Bus ini seat 2-1, enak banget!! @Rosalia Indah |
Maka, memilih bus juga
harus bijak. Kenyamanan dan kesehatan bus adalah yang utama. Bayangkan
bagaimana saya bisa menempuh 22 jam perjalanan
dari Jakarta menuju Probolinggo jika
tidak naik bus seat 2-2 yang luas dengan
fasilitas lengkap selimut, makan, musik, toilet ala bus Rosalia Indah. Atau
nyamannya bus Lorena yang saya tumpangi selama hampir 20 jam (macet gila!) dari
Jakarta menuju Surabaya. Jika tidak bijak, salah-salah nanti diturunkannya kita
di tengah jalan seperti yang saya alami ketika naik bus Arimbi, harusnya ke
Merak saya diturunkan di Serang, katanya ban kempes (#menciumindikasibohong
hehe).
Thanks God, i took the bus rather than the van :) @Osaka |
Nah, bagaimana di luar
negeri? Seperti yang kebanyakan orang bilang, memang transportasi disana sudah
terintegrasi dengan baik dan nyaman (setidaknya di negara yang pernah saya
kunjungi), mungkin itu jugalah yang sedang coba ditiru oleh Transjakarta,
supaya ada moda transportasi yang terintegrasi baik dan nyaman. Tapi namanya juga
jalan-jalan, walaupun di luar negeri ada saja hal lucu (setidaknya yang menimpa
saya).
Saya pernah diteriaki bapak perawakan india dari luar bus di Woodland Singapura ketika saya sudah masuk bus hanya karena dia menduga saya tidak punya tiket (diliatin orang yang antri tauu Paak!). Mba-mba petugas juga pernah memarahi saya karena duduk seenaknya tanpa melihat nomor ketika beranjak dari KL ke Genting (sejak saat itu kami selalu cek pakai nomor atau gak hehe). Atau menggerutu sebel karena diajak berputar-putar saja oleh bus dalam kota Malaka sehingga kami harus ganti moda dengan taksi dan lanjut berlari supaya tidak tertinggal bus ke KL. Di jepang memang lebih aman-aman saja, hanya terkadang bosan, karena semua orang dalam bus nya diaamm sajaaahh! (kalau cekikikan mungkin diliatin atau diturunin? hehe).
Saya pernah diteriaki bapak perawakan india dari luar bus di Woodland Singapura ketika saya sudah masuk bus hanya karena dia menduga saya tidak punya tiket (diliatin orang yang antri tauu Paak!). Mba-mba petugas juga pernah memarahi saya karena duduk seenaknya tanpa melihat nomor ketika beranjak dari KL ke Genting (sejak saat itu kami selalu cek pakai nomor atau gak hehe). Atau menggerutu sebel karena diajak berputar-putar saja oleh bus dalam kota Malaka sehingga kami harus ganti moda dengan taksi dan lanjut berlari supaya tidak tertinggal bus ke KL. Di jepang memang lebih aman-aman saja, hanya terkadang bosan, karena semua orang dalam bus nya diaamm sajaaahh! (kalau cekikikan mungkin diliatin atau diturunin? hehe).
Okey, selanjutnya saya
berharap masih akan jumpa lagi pengalaman lucu seputar bus. So, Ada pengalaman menarik kah? Enjoy
your safety journey ya.
No comments:
Post a Comment