Sunday 12 October 2014

A Journey with the Big Wheel

All aboard!! @KIA-Osaka
Ketika asyik bersantai di rumah saya tiba-tiba teringat kejadian-kejadian menyebalkan yang sebagian lucu disetiap perjalanan saya dengan bus. “Pasti banyak hal menarik yang bisa saya tuliskan untuk kenang-kenangan” batin saya ketika akhirnya saya buka laptop dan mulai mengingat kembali semua perjalanan saya bersama The Big Wheel.

Saya rasa semua setuju, di bus itu banyak hal yang bisa kita lihat, orang-orang yang tengah berbincang bersama kawan, pembaca buku (agak jarang niy hehe), tukang main Hp plus dengar musik (anak gaul atau esmud jatuhnya), yang nyenyak tidur (ini paling banyak haha), yang sempetin makan (boleh gak boleh ni), sosok pengamen (bus jarak jauh biasanya lebih jadul lagunya) sampai hal-hal kriminal (hehe amit-amit dah!). Di Indonesia sendiri bus jadi salah satu transportasi andalan masyarakat dibandingkan kereta yang jalurnya tidak merata di seluruh negeri. Dan untuk dalam kota  bus pun masih lebih banyak digunakan daripada angkutan (angkot). Contohnya di Jogja dan Solo yang memang benar-benar mengandalkan bus dan tidak ada angkot, sayangnya dikota-kota itu waktunya terbatas. Suatu malam ketika saya di Jogja akhirnya saya naik becak dengan jarak sama yang harusnya ditempuh bus (kasian bapak becak itu, jauhhh ya pak maaf!).
 
Ticket box (hehe) mau pilih mana? @Jombor - Jogja
Bandung Express, jadi bus pertama yang melekat betul diingatan saya sampai saya ingat semua bentuk-bentuknya (haha). Bus inilah yang mengantarkan saya pulang kampung ketika saya masih kecil, saya selalu ingat bagaimana bus hijau ini sangat nyaman dan cepat menapaki jalanan berbukit dan jurang dalam (Cadas Pangeran euy!!) dari Bandung menuju Cirebon. Dan sekarang saya pun selalu bertanya, apakah saya suka warna hijau gara-gara bus ini ya? (hehe) Lalu, masih adakah bus ini sekarang? (anyone?)

Tak diragukan, selanjutnya saya selalu suka dengan bus. Kendaraan dengan badan besar dan deru mesin yang terdengar lantang seperti menobatkan ia sebagai raja dijalanan (haha). Setidaknya itulah pikiran ketika saya kecil sampai-sampai ketika melukis/menggambar pun saya suka menggambar bus besar dengan warna-warna cerah yang sesekali tertulis nama bus favorit seperti Bandung Express atau Sahabat, dan dengan latar belakang gunung biru dua puncak (tetep ya ! anak-anak hehe)

Perjalanan darat jarak jauh dengan bus memang lebih menyita waktu tapi bukan berarti tak berkesan (hihi). Saya mendapati  banyak kembang api di atas langit dikejauhan ketika bermalam tahun baru-an di perjalanan dari Jogja menuju Jakarta, mungkin kalo saya naik sedan gak kelihatan itu kembang api (hehe). Saya kenal dan banyak tukar pengalaman dengan seorang ibu baik yang menemai saya dalam bus Shantika dari Jakarta menuju Solo sampai-sampai ditraktirnya saya makan (yeay! Haha). Bus Laju Prima juga jadi teman saya ketika saya sedih meninggalkan lampung karena teringat gajah-gajah di Way Kambas (huhu). Sampai sekarang saya masih ingat versi lagu ‘angin malam’ ala pengamen di bus Doa Ibu dari Cibodas menuju Jakarta sepulang saya naik gunung, karena itu jadi soundtrack indah yang pas sekali (hayyah!).



Bonusnya kalau naik bus menuju Bandung @Tol Cipularang
Tapi tak semua indah memang.

Saya ingat bagaimana supir bus nekat Karunia Bakti bak punya nyawa sembilan hanya memberikan jarak tak lebih dari setengah meter dengan bus didepannya ketika melaju kencang di tol menuju Papandayan (saya duduk depan masalahnyaa! Apes!!). Dan itu juga sama nekatnya dengan supir bus Mandala yang mengantar saya dari Tasik menuju Jombang (jalanan letter S mau dibuat letter I mungkin sama supirnya, hajar bae! Ngebut!). Bukan saya gak pernah muntah pusing pas naik bus, tapi udah sering dulu waktu kecil sampai akhirnya terobati dan kuat karena Bandung Express (cieeh). Duduk bebarengan dalam bus dengan motor pernah? Saya pernah ketika bertolak dari Jakarta menuju Dieng dengan Putri Jaya (muat bo! Ampun!!). Kalau urusan dalam kota Jakarta mah gak usah ditanya ya dari yang cukup nyaman ala Transjakarta sampai mini bus ber-angka yang nerobos arah berlawanan semua ada (haha Jakarta oh Jakarta).

Bus ini seat 2-1, enak banget!! @Rosalia Indah
Maka, memilih bus juga harus bijak. Kenyamanan dan kesehatan bus adalah yang utama. Bayangkan bagaimana saya bisa menempuh 22  jam perjalanan dari Jakarta menuju Probolinggo  jika tidak naik bus seat 2-2 yang luas dengan fasilitas lengkap selimut, makan, musik, toilet ala bus Rosalia Indah. Atau nyamannya bus Lorena yang saya tumpangi selama hampir 20 jam (macet gila!) dari Jakarta menuju Surabaya. Jika tidak bijak, salah-salah nanti diturunkannya kita di tengah jalan seperti yang saya alami ketika naik bus Arimbi, harusnya ke Merak saya diturunkan di Serang, katanya ban kempes (#menciumindikasibohong hehe).

Thanks God, i took the bus rather than the van :) @Osaka
Nah, bagaimana di luar negeri? Seperti yang kebanyakan orang bilang, memang transportasi disana sudah terintegrasi dengan baik dan nyaman (setidaknya di negara yang pernah saya kunjungi), mungkin itu jugalah yang sedang coba ditiru oleh Transjakarta, supaya ada moda transportasi yang terintegrasi baik dan nyaman. Tapi namanya juga jalan-jalan, walaupun di luar negeri ada saja hal lucu (setidaknya yang menimpa saya).

Saya pernah diteriaki bapak perawakan india dari luar bus di Woodland Singapura ketika saya sudah masuk bus hanya karena dia menduga saya tidak punya tiket (diliatin orang yang antri tauu Paak!). Mba-mba petugas juga pernah memarahi saya karena duduk seenaknya tanpa melihat nomor ketika beranjak dari KL ke Genting (sejak saat itu kami selalu cek pakai nomor atau gak hehe). Atau menggerutu sebel karena diajak berputar-putar saja oleh bus dalam kota Malaka sehingga kami harus ganti moda dengan taksi dan lanjut berlari supaya tidak tertinggal bus ke KL. Di jepang memang lebih aman-aman saja, hanya terkadang bosan, karena semua orang dalam bus nya diaamm sajaaahh! (kalau cekikikan mungkin diliatin atau diturunin? hehe).

Okey, selanjutnya saya berharap masih akan jumpa lagi pengalaman lucu seputar bus. So, Ada pengalaman menarik kah? Enjoy your safety journey ya.


No comments:

Post a Comment