Ramainya turun gunung. Cloudy savanna here we come :) |
Hardtop memang sepertinya jadi pengantar utama ketika kita ingin menikmati berbagai
tempat menarik di Bromo. Selain kontur jalan yang berpasir, secara jarak
katanya tempat-tempat ‘populer’ berada cukup jauh satu sama lain seperti
Penanjakan (tempat melihat sunrise), kawah Bromo, padang savana, Bukit
Teletubies dan Pasir Berbisik. Tapi bila dilihat lagi, sebetulnya Kawah Bromo ke
Padang Savana tidaklah terlalu jauh. Toh
si mobil 4WD itu tidak benar-benar mengantar kita ke tempat tujuan, yang
artinya harus jalan kaki juga malah lebih banyak jalannya.
Mulailah berjalan kaki !! |
Nah, atas dasar inilah,
ditambah penginapan saya yang dekat pintu masuk, dan setelah memetakan jalur
untuk berjalan kaki (hehe) akhirnya saya bertiga memutuskan untuk tidak ikut hardtop rombongan pulang setelah dari
kawah Bromo (bayarnya si tetep PP hehe). Tidak perlu dulu lah menuju Bukit Teletubies ataupun Pasir
Berbisik, saya lebih ingin menikmati padang savana, menikmati awan-awan rendah
diatasnya dan angin gunung yang sejuk dengan berjalan kaki tanpa terburu waktu.
Pura Luhu Poten, banyak kuda lari kenceng, mantep! |
Oia, di padang pasir kaki Gunung Bromo,
ada sebuah pura hindu yang terlihat sangat eksotis berbalut kabut, apalagi
ketika melihatnya dari atas. Indah sekali berlatar deretan bukit hijau. Pura ini biasa dijadikan tempat upacara Kesodo (Yadnya Kasada) bagi
umat hindu. Gunung Bromo memang jadi gunung suci bagi umat hindu suku Tengger. Saya datang tidak jauh setelah
perayaan Galungan, jadi banyak sekali umbul-umbul (disebutnya
penjor) di depan setiap rumah,
seperti ikut merasakan bagaimana Bromo (Brahma) menjadi sangat berarti bagi
mereka, menjaga mereka, memberikan hidup untuk mereka. Upacara Kesodo sendiri
dilakukan setiap bulan kesepuluh kalender Jawa, kalau menurut hitungan saya, tahun ini datanglah di sekitar bulan Agustus -September saat purnama.
Kesodo akan berlangsung dari tengah malam hingga dini hari.
Dari pura, mulailah saya
menjelajahi padang savana. Saya dan dua orang teman berjalan dulu ke sisi
Gunung Batok karena sepertinya banyak hardtop
ataupun motor yang menuju arah sana “mungkin itu ke teletubies atau pasir
berbisik” pikir saya. Kami pun berjalan mengitari hampir separuh kaki Gunung
batok yang tidak terlalu tinggi itu tapi tetap saja indah, foto sana-sini,
menikmati pemandangan tebing dikejauhan yang kelihatannya dekat tapi ternyata
jauh dan kesanalah kami selanjutnya.
Rutenya dari Gn. Batok sampai ke tebing membelah savana |
Kami membelah padang
savana, untuk menuju tebing dikejauhan lalu naik menapaki tebing dan menurut
keyakinan kami itu sudah tidak jauh dari penginapan. Begitu rencananya karena
kalau jalan kaki melewati rute hardtop lebih
jauh dan tidak menikmati savana hehe. Sambil bercanda, ngobrol bertiga, main
pasir, kaki kami mulai melangkah pasti menuju tebing itu. Padang savana ini
memang luas, luas sekali. Awalnya kami hanya melihat hamparan luas pasir lembut
yang beberapa membentuk pola apik karena tiupan angin. Ketika mendekati tebing
mulai tampak banyak rumput-rumput rendah yang jaraknya tidak terlalu rapat,
cantik sekali. Tak luput dari jepretan kamera tentunya. “Apakah ada jalan
setapak untuk menaiki tebing” pikir saya ketika melihat tebing tinggi dihadapan.
Ternyata dari kejauhan terlihat seorang pencari rumput juga mengarah ke tebing,
dan dia berhasil menaiki tebing, berati ada jalan!
Rumputnya berat! Ardi sudah coba :) |
Jalan setapak itu ternyata
memang biasa digunakan oleh warga sekitar saja, bukan jalan wisata apalagi
kecuramannya yang cukup tajam dan bukan jalan berbatu rapih. Tapi seru, seseru
kami yang harus jalan hati-hati karena (maaf) banyak kotoran kuda. Si kuda juga
nanjak ternyata! Pemandangan dari atas tebing sungguh luar biasa indah. Bromo
dan Batok serta padang savana terlihat jelas. Kami pun sempat berbincang dengan
sang pencari rumput yang ternyata seorang bapak tua suku tengger yang sudah
biasa menapaki tebing ini. Tidak sia-sia kami menjelajahi savana untuk mendapatkan
semua pengalaman ini walaupun kelihatannya kami jadi satu-satunya pejalan kaki
dihamparan savana yang luas itu.
beautiful scenery from the cliff ... thanks God I've left hardtop hehe |
Jelajahi sebelumnya Sunrise di puncak Bromo
Awan rendah, padang rumput luas, siluet tebing, kasih gue kombinasi kesemuanya itu dan gue jamin bisa berjam-jam betah duduk diam disana..your experience was so superb!!
ReplyDeleteiyah, wajib dinikmatin..gak dilewati aja hehe
Deleteah saya kangen bromo ^__^
ReplyDeletemonggo ke Bromo lagi :)
Delete