Mungkin daerah
ini tidak begitu populer apalagi bagi orang-orang Indonesia, cerita yang
terdengar dan dibawa pulang oleh mereka dari Malaysia biasanya seputar Bukit Bintang,
KLCC, Batu Cave, Langkawi, Penang, atau agak mendekat ke Singapura, Johor Baru
(ini kebanyakan saya dah pergi ni hihihi sombong!!)
Jeti penyebrangan menuju Pulau Pangkor @Lumut |
Rencana kepergian
kami ke Pangkor memang bisa dibilang mendadak, hanya karena hasutan hasil dari sebuah cerita
kawan yang pernah kesana. Dan tepat ketika saya tengah berada di KL maka saya pikir
kenapa tidak mencobanya. Jadilah pagi itu kami sudah berada di sebuah terminal
besar terpadu di daerah Pudu dan berhasil membeli tiket untuk menuju daerah Lumut,
tempat penyebrangan menuju Pulau Pangkor. Terasa semangat membayangkan akhirnya
saya naik kapal lagi (hehe). Tiketnya
sendiri berkisar RM 27, tak begitu mahal mengigat bus yang digunakan pun bagus J
Menunggu... tapi lumayan bisa selonjoran disini haha |
Lumut. Terlihat
ramai, mungkin karena kami tiba di terminal, banyak penjual makanan sampai
oleh-oleh. Tampak seperti pasar kecil dan diujung sisi yang lain itulah dermaga
atau jetty tempat kami akan
menyebrang ke Pulau Pangkor. Banyak warga yang berkumpul disini, senang rasanya
melihat keramaian. Melakukan perjalanan ke daerah yang lebih jauh di
Semenanjung Malaysia ini memang memberikan nuansa berbeda. Sepanjang perjalanan
bus, daerah yang kami lewati cukup sepi rasanya, tak seperti KL. Atau mungkin
karena saya sudah terbiasa tinggal di Pulau Jawa yang penduduknya padat sangat,
keramaian seakan menjadi teman yang tak pernah kenal tapi menenangkan. Untung
saya memang sedang ingin wisata dan bukan keramaian lah yang saya cari (hehe).
Setelah makan
siang di kedai terdekat kami buru-buru menuju jetty membeli tiket lalu melompat senang menuju kapal. Dan wow
kapal nya bagus, ruangan AC dengan tempat duduk empuk, persis seperti yang saya
gunakan dari Marina menuju kepulauan seribu tapi yang ini murah saja – sejauh
yang saya ingat haha – dan pastinya aman. Untuk menuju Pulau Pangkor kita akan
dikenakan biaya kapal, dan jika keluar dari Pangkor tidak perlu membayar lagi.
Persis seperti naik fery di Pulau Penang. Mungkin memang begitu kebijakannya di
seantero negeri ya. Biaya keluar pulau seperti sudah dibayarkan diawal. Bijak
dan menarik.
Enak kan kapalnya, pendingin ruangan dan kursi yang empuk sudah cukup untuk puas foto-foto #gakkeringetan #jetty |
Kami berlabuh dengan selamat di jetty P.Pangkor dan beruntung ternyata masih dibayangi matahari (yeay!), perjalanan di atas kapal tidak terlalu lama ternyata. Segera kami cari angkutan menuju sisi barat pulau dimana penginapan kami berada. Kawasan Teluk Nipah. Angkutan yang ada yaitu kereta/mobil minivan yang bisa muat sampai belasan orang saya rasa. Dan mereka banyak tersedia tepat di pintu keluar pelabuhan. Dan kami pun naik salah satu diantaranya setelah sebelumnya perang harga (tetep gak dimana juga).
Tiba di pulau langsung ke pantai hahaha beautiful +Pangkor |
Saya selalu ingat
pemandangan sunset Pulau Pangkor sampai sekarang, sama seperti masih ingatnya
saya akan Ubud. Keduanya memberikan gambar-gambar cantik di otak saya. Indah
dan menenangkan. Itu memang yang saya cari.
Dan bagi saya, pantai disini lebih sepi dan lebih indah dari Langkawi atau Penang. Pasti akan lebih indah lagi pemandangan di pulau-pulau kecil di sekitar Pangkor ini apalagi yang saya baca disana banyak spot diving dan snorkeling. Contohnya di Pulau Giam dan Pangkor Laut. Kabarnya disana terdapat spot diving yang indah sampai resort mewah impian semua orang (hehe begitu yang tertera di iklannya). Sayang saya belum sempat kesana (atau belum mampu haha). Jadi kemana saja selama dua hari satu malam ini di Pangkor?
Selain tentunya
puas-puaskan diri leyeh-leyeh di pantai baik pagi, siang atau sore saya juga
mengunjungi beberapa tempat wisata yang
ada di Pulau Pangkor. Tapi sebelumnya saya beri tahu ya, seiring dengan
masuknya Belanda ke kawasan Perak pada 1680 maka Pulau Pangkor juga termasuk
jajahannya. Jadi tempat wisata yang saya
kunjungi ini memang banyak berhubungan dengan Belanda. Yang pertama adalah Kota
Belanda. Sebuah kota batu binaan Belanda yang sekarang tinggal tersisa
bentengnya dan sedikit kawasan yang dibuat seperti taman. Jadi jangan
membayangkan kota yang besar begitu ya. Disini bagus untuk foto-foto (hehe)
apalagi warna bentengnya yang bagus untuk latar. Selanjutnya beberapa meter
dari Kota Belanda ada sebuah batu besar yang diberi nama Batu Bersurat. Mungkin
seperti prasasti begitu ya, tapi yang ini dibuat oleh Belanda. Disana ada
gambar harimau dan juga manusia yang dipercaya adalah budak yang dibawa harimau
-atau seperti itu-.
Kota Belanda! Panas? iyah hehe tapi ada tukang jajan kok |
Ini dia benteng di Kota Belanda. Foto disini ya... hasilnya memukau hehe batu-batunya bagus :) puas-puaskan selfie |
Yupp.. as seen above. Batunya yang mana? tuh belakang. Gelap? dateng sendiri makanya hihihi |
Setelah itu motor
(sewaan) kami pacu menuju sisi utara setelah tadi ada di kawasan selatan pulau.
Kami hanya ingin melihat-lihat seperti apa wajah Pulau Pangkor secara dekat.
Kami menuju pekan Pangkor atau seperti pusat kota yang biasanya ada pasar. Dan
memang ramai disini, kegiatan masyarakat banyak berpusat disini. Jetty P.Pangkor pun ada disini lalu ada
juga sekolah sampai pusat bisnis. Berbeda dengan kawasan wisata di Teluk Nipah
yang memang didominasi cottage dan
penginapan serta turis-turis. Di pekan, saya asik lihat-lihat sana sini tanpa
tahu harus kemana sampai akhirnya capek dan kami harus berputar karena ragu
dengan arah yang kami ambil plus tambahan adegan kunci kamar kami jatuh di tengah
perjalanan sehingga kami harus ganti rugi (huhuhu 10 ringgit melayang). Tapi
setelah itu, kami membalas kesedihan dengan kembali ke pantai (yeayy!!) mandi-manda kalau istilah bahasa melayu.
Yeay!! ke pantai lagi.. Pemandangan dari kafe raja hutan ini bagus loh. Mata sama perut kenyang! hahaha |
Nah, bisa kan
menikmati Pangkor hanya dua hari satu malam seperti saya ini. Tapi ya kalau
ingin lebih menikmati sampai bisa hopping
island berarti memang harus tinggal lebih lama. Saya pun rasanya mau kalau
kesana lagi (hehe). Siang menjelang sore itu saya kembali menuju Jetty untuk menuju Lumut. Bapak di
penginapan baik juga mau mengantarkan kami pakai mobilnya dengan harga yang
tidak lebih mahal dari taksi minivan itu. Dan lagi kami diantarkannya ke Jetty Sungai Pinang Kecil yang lebih
dekat dengan Teluk Nipah.
Tiket bus segera
kami pesan di terminal Lumut dan ternyata waktu kami masih lama sampai bus
datang. Kami putuskan untuk jalan-jalan menuju arah kota. Niatnya cari makan
terdekat. Kabarnya ada sebuah pusat belanja yang bernama Pasaraya Billion,
kemarin memang saya sempat lihat ketika menuju terminal. Dan akirnya kami
berhasil kesana dengan Taksi yang rasanya mahal harganya (huhu selalu rindu
angkot kalau di Malaysia ini), karena memang tak ada angkutan umum. Tapi tak
heran dengan jalanan yang sepi bahkan sepi dari pejalan kaki, siapa yang mau
naik kalau ada angkot? (hehe)
Kami makan di
sebuah restoran cepat saji lokal, rasanya enak. Namanya Fatty Cafe. Pemiliknya
mas-mas gendut (hehe) tak heran, pasti dia tahu bagaimana harus membuat makanan
yang lezat. Setelah jalan-jalan di dalam mal kecil itu kami lanjutkan menuju
terminal (sekali lagi cari taksinya susah huhu) dan akhirnya tak terlambat
untuk menuju KL dengan bus Plusliner yang keren itu. Ah, pengalaman yang
menarik memang selama saya di Pangkor. Suasanaya, alamnya, juga sunsetnya.
Memang pantai dan laut itu selalu bisa membuat saya senang.
Miss you sunset of Pangkor huhu (padahal kan mataharinya sama aja ya hihihi) |
cantik banget.....view cameranya
ReplyDeleteterima kasih hihihi
DeleteWarbyasa, kapan perginya kapan pulangnya, kapan rencanainnya, the asassin traveler.. hahaha
ReplyDeletesatu lagi Gi, kapan nulisnya... itu bisa jauh bener waktunya :)
Delete