Saturday 25 February 2012

Wisata alam sampai theme park, petualangan cinta sampai keseleo, Malang (Part 1)

Coban RondoKota yang sangat sadar akan potensi pariwisatanya dan terkenal mulai dari wisata alam sampai taman bermain atau theme park, yup Malang!! Bahkan Malang bersama Denpasar mendapatkan predikat sebagai kota dengan pelayanan terbaik untuk wisatawan dalam ajang Indonesian Tourism Award 2011, ditambah dengan Jatim Park yang juga terpilih sebagai obyek wisata terfavorit diikuti Raja Ampat Papua dan Tanah Lot Bali. Wuiih bikin ngiler kan semua tempat-tempatnya dan kota Malang jadi salah satu paket yang lengkap untuk jalan-jalan.

Dua kali perjalanan one-day-trip saya ke Malang memang bukan contoh yang baik bagi yang ingin leyeh-leyeh hehe, tapi apalah arti jalan-jalan biasa kalau ada yang luarrr biasa!!
Des 2009. Petualangan cinta si Agus judulnya. Mampir dulu di Garut, ‘soan’ sama orang tua Agus, minta doa restu untuk mengejar cinta di seberang sana. Nah tugas saya sih sebatas menemani, selalu siaplah mendukung perjuangan teman saya ini, itung-itung jalan-jalan J.

Dari Garut untuk mencapai Jawa Tengah dan Jawa Timur kami harus ke Bandung atau Tasikmalaya, akhirnya kami memilih Tasik karena sepertinya jauh lebih seru. Dari terminal Garut cukup banyak bis menuju Tasik yang datang dari Bandung. Walaupun hanya mini bus non-AC dengan ongkos lima belas ribu per orang tapi bisa melihat jalanan khas perbukitan plus pemandangan yang mantap, semua terbayarkan! Apalagi kali ini saya bisa dapat tempat duduk di bagian depan bis, asyik. Dijamin buat yang suka mabuk darat bakal lupa karena walaupun jalan meliuk turun naik tapi pandangan kita dimanjakan hutan bukit bersungai cantik. Apalagi dipenghujung perjalanan bis kami mogok, mantep kan! diturunkanlah kami di Singaparna dan dioper ke angkutan sejenis elf sampai Terminal Tasik, tentunya free of charge (iyalah hehe).

Kali ini kami memutuskan ke Malang via Jombang, bukan Surabaya, karena ada niat mampir ke daerah Batu yang katanya dahsyat!! Kebetulan ada bis AC Mandala dari arah Bandung menuju Surabaya yang memang melewati Jombang. Jadilah kami ikut dengan tarif yang cukup terjangkau, sampai Jombang 110 ribu per orang.  Rute Bis Mandala melewati jalur selatan Pulau Jawa yaitu Banjar – Cilacap – Purwokerto – Kebumen – Yogyakarta – Klaten – Solo – Ngawi – Madiun – Nganjuk – Jombang. Kami sampai di Terminal Kepuh Sari Jombang sekitar pukul 04.30 pagi. Hujan ditambah kontur daerah pegunungan jadi pemandangan sebagian besar perjalanan Mandala, oia plus bapak supirnya yang mantep!! terkadang lebih baik berdoa dan tidur saja J.

Untuk menuju Batu, dari Jombang kita musti naik bis kecil Puspa Indah dengan tarif sekitar 12 ribu per orang, nantinya bis ini akan berakhir di Malang. Sebetulnya pemandangan sepanjang Jombang menuju Batu sama seperti pemandangan Garut ke Tasik yaitu perbukitan, tapi yang ini pemandangannya lebih bagus. Jalan kecilnya rapih mulus membelah bukit, mulai dari danau Selorejo sampai sungai kecil yang jernih di sisi jalan terlihat sangat indah. Udara sejuk dan dinginnya membuat Puspa Indah yang tidak ber-AC ini berubah jadi sangat nyaman. Tidak salah kami memilih berangkat pagi karena walau sedikit berkabut, bukit-bukitnya makin enak untuk dilihat, kalau siang atau sore biasanya sering hujan.
Coban Rondo
welcomee :)
Di Batu inilah semua wisata alam sampai theme park itu berada. Kali ini kami putuskan berhenti di salah satu wanawisata air terjun yang terkenal, namanya Coban Rondo (air terjun Janda). Dari jalan masuk untuk menuju wanawisata tak ada angkutan, pilihannya jalan kaki (4 km) atau ojek sekitar 15 menit perjalanan. Ya pasti ojeklah yang kami pilih karena terburu waktu.
Coban Rondo Pujon
sangat hijau dan tinggiii
Disini hanya ada satu air terjun yang super tinggi, kira-kira 84 meter dikelilingi tebing dengan pemandangan yang spektakuler. Bagus sekali!! Kami sampai meluangkan waktu lama untuk bisa memperhatikan tebing-tebing tinggi di sekeliling yang rasanya seperti berada di kawasan Sudirman Jakarta, tapi dengan versi kualitas udara dan pemandangan yang jauh lebih baik dan hijau. Bahkan monyet liar-sehat pun banyak disini. Kalau yang jinak-sehat pasti lebih banyak (hehe), akhirnya sesi foto dan bermain air pun dimulai.

Sedikit cerita tentang wisata ini. Pertama, sebelum menjadi Coban Rondo diatasnya ada air terjun kembar yang disebut Coban Manten. Mengalir kebawah, air terjun itu menyatu menjadi Coban Dudo. Uniknya, Coban Dudo tersebut mengalir kebawah menjadi Coban Rondo. Kedua, di kita mah  kurang seru kalau tak ada kononnya kan J. Nah, konon kisahnya air terjun ini jadi tempat persembunyian dan penantian Dewi Anjarwati ketika menunggu sang suami, Raden Baron Kusumo yang sibuk berkelahi dengan Joko Lelono, pria yang juga menyukai Dewi Anjarwati, sampai akhirnya kedua lelaki itu gugur dan Dewi Anjarwati menjadi seorang janda. Konon yang kedua, dibawah air terjun terdapat gua tempat penantian Dewi Anjarwati dan batu besar dibawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri yang merenungi nasibnya L Duh, tragisnya. 
Mungkinkah dia titisan Raden Baron
yang juga menunggu Sang Putri :)
Hanya sekitar satu jam di Coban Rondo kami kembali lanjutkan perjalanan menuju kota Malang dengan bis Puspa Indah lagi (oia ojeknya nunggu loh, 30 ribu berdua) dan akhirnya tujuan kami ke Malang pun terlaksana. Agus berhasil bertemu dengan kekasih pujaan hatinya selama kira-kira sepuluh menit saja di Stasiun Besar Malang sebelum KA Matarmaja membawa kami kembali ke Jakarta. Oohh perjuangan cinta yang tiada tara ini namanya. Dan alhamdulillah masih ketemu kok, tidak setragis Coban Rondo lah... heehe

selanjutnya Keseleo di Malang (part 2 end) 

7 comments:

  1. Foto yang terakhir bikin geli..hehe..overall is so java sense, like it..

    ReplyDelete
  2. Foto yang terakhir bikin ngakak..overall is so java sense, like it much!

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha.........gw ampe terkesima loh ^.^
      temaaaans, siap2 kita akan berjelajah cinta lagi ke LOMBOK,hehe..

      Delete
    2. huahaha masih inget foto itu ga Pak..aduhai deh posenya :)

      Delete
  3. huahaha... titisan sang Raden Bos, tapi sang putri di stasiun ternyata :)

    ReplyDelete