Monday, 15 August 2016

Mau ke hutan mangrove PIK? Mudah kok!


Total area disini mencapai 99 hektar! 
Sudah baca tulisan saya mengenai tempat-tempat wisata di Jakarta? (baca: Jakarta is us) Mungkin harusnya tulisan itu saya update ya mengingat beberapa tahun belakangan ini Jakarta memiliki satu tempat wisata lagi yang tengah di ‘gandrungi’ baik oleh muda-mudi maupun keluarga. Tapi saya malas edit-edit tulisan lama jadi ya buat baru saja (ahaha).

Oke, pertama kita kenalan dulu. Nama resmi wisata baru ini adalah Taman Wisata Alam Pantai Indah Kapuk. Sesuai namanya taman ini ada di daerah Glodok (ehehe) bukan ya, ada di PIK, Jakarta Utara. Beberapa orang menyebutnya dengan wisata hutan mangrove PIK. Mungkin karena memang mangrove lah hiburan utama di tempat ini. Tapi ternyata tidak hanya mangrove loh, mungkin itulah sebabnya pengelola tidak memberikan ‘embel-embel’ mangrove di plang pintu masuk karena disini kita bisa melakukan banyak hal lainnya seperti menanam mangrove, foto mangrove, mengamati hutan mangrove (ehehe mangrove-mangrove juga) oke-oke selain itu kita juga bisa mengamati burung-burung, ‘bersampan’, menginap, outbond, sampai menikmati pantai ala PIK (hehe). Banyak kan!?

penanaman bibit mangrove oleh pengunjung
Berikutnya bagaimana cara kesana? Terutama dengan kendaraan umum? Untuk yang mau naik mobil pribadi sih gampang ya, tinggal merem juga sampe (ehehe sampe mana?!). Bagi yang ingin coba naik kendaraan umum kita bisa ambil rute busway Monas-PIK yang berangkat mulai dari halte Monas dan akan melewati beberapa halte seperti Kota, Penjaringan, Pluit sampai berhenti di PIK. Bus biru kecil bertuliskan Transjakarta ini akan mengantarkan kita tanpa biaya tambahan (jadi tidak ada lagi buskota terintegrasi busway atau BKTB yang berbayar), tapi memang karena armada belum begitu banyak dengan rute yang cukup panjang maka waktu tunggu bus ini akan jauh lebih lama dari bus reguler. Sabar-sabar ya.

Kala itu saya coba menunggu bus di daerah Mangga Besar yang menuju arah Kota. Setelah menunggu hampir 30 menit bus itu akhirnya datang juga. Percayalah menunggu lebih baik daripada harus naik angkot berpindah-pindah belum ‘ngetem’ dan panasnya (ehehe PIK bo!). Tidak usah khawatir turun dimana, jika memang tujuannya hutan mangrove maka kita akan diturunkan sesaat sebelum perhentian akhir (Halte PIK), pastikan bus sudah melewati Rumah Sakit PIK dan menuju gedung megah sekolah Tsu Zhi yang seperti di China itu dan disanalah kita turun. Atau sudah lah gampangnya nanti mas busway pun akan teriak dengan lantangnya “ya yang mangrove.. mangrove!” seperti yang saya alami waktu itu, dan saya pun turun beserta sekitar 10 orang lain (banyak ya yang mau kesana).

Lalu berjalanlah mengikuti kesepuluh orang tadi (ehehe itu kalau saya), ikuti saja petunjuk yang ada atau berjalan ke arah sisi belakang gedung dimana wisata mangrove berada. Dan kalau sudah melihat plang bertuliskan nama resmi wisata itu berarti sudah sampai. Panas menjadi teman yang tidak akan lepas sepanjang jalan, mulai terasa seperti di pantai ya. Jalannya tidak jauh kok.

Setelah membayar tiket 25 ribu per orang, kami mulai memasuki kawasan. Dari yang saya baca saat ini kondisi taman wisata sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, dan yang saat itu saya lihat memang sebuah taman yang sudah didesain dengan baik dan rapih serta apik. Cantik sekali. Tidak heran banyak yang ingin kesini, bahkan banyak yang melakukan foto pre wedding-nya disini. Kawasan ini memberikan kesempatan berwisata yang tidak hanya menyenangkan tapi juga bisa kesempatan belajar bahkan membantu melestarikan lingkungan dengan banyaknya program penanaman pohon bakau yang digalang pengelola. Tidak perlu takut kalau lapar, haus atau lelah karena banyak spot untuk istirahat, ada tempat makan bahkan penginapan dan fasilitas lainnya seperti yang saya sampaikan di awal. Lengkap kan.




Seru kan ya, pemandangan dan juga fasilitasnya. Oiya disini juga menyewakan ruang pertemuan (meeting). Tertarik?
Untuk urusan pantai memang belum sepenuhnya digarap, atau memang seperti itu pantai yang ditawarkan? Wah kok begitu saja ya. Jadi kalau ingin kepantai, cobalah jalan lebih ke ujung kawasan dimana plang penunjuk pantai berada. Kita akan melewati mulai dari jalanan yang lebar, sampai akhirnya bertemu dengan jalanan tanah sampai jalanan kayu dan bambu cantik menembus tengah-tengah bakau. Dan apakah langsung akan keluar di pantai? Ternyata tidak saudara-saudara. Diujung nya memang ada semacam gazebo dari kayu dengan ukuran sedang dan bisa untuk bersantai sambil memandangi laut dikejauhan. Yak, mungkin kegiatan ini lebih tepat dinamakan memandangi laut (hehe). Tapi tak apa, mari berharap suatu saat nanti memang akan ada akses menuju pantai dengan pasir-pasir putih cantik dan pohon kelapa melambai diiringi alunan gamelan khas Bali (eeh). Anyway, let us hope for the best untuk Taman Mangrove ini. Enjoy the trip!